KESERAKAHAN manusia terhadap tahta, apalagi tahta yang dikuasai
secara merebut dan tidak sah, pada akhirnya bilamana kehendak Yang
Maha Kuasa berlaku maka semua kekuasaan dan keserakahan itu
akan menjadi bencana. Itulah yang terjadi dengan Nyi Harum Sarti
yang menobatkan diri sebagai Ratu Laut Utara, merampas tahta
Kerajaan Laut Utara dari tangan Ayu Lestari, yang menerima warisan
syah dari Ratu Sepuh Ratu Pertama Kerajaan Laut Utara.
Nyi Harum Sarti akhirnya menemui kematiannya di tangan Ratu
Duyung yang membekal Pedang Naga Suci 212 pemberian Sinto
Gendeng. Karena kecintaannya pada Pendekar 212 Wiro Sableng, di
saat-saat nyawa akan lepas meninggalkan jazad kasarnya Nyi Harum
Sarti masih sempat mengeluarkan ucapan yang sungguh mengharukan
namun ditutup dengan kata-kata yang membuat murid Sinto
Gendeng menjadi terkesiap dan dingin sekujur tubuhnya.
Dalam keadaan tubuh bersimbah darah Ratu Laut Utara
melangkah terhuyung-huyung, berusaha mendekati Wiro. Dua langkah
dari hadapan sang pendekar dia tak mampu lagi berjalan, jatuh berlutut
tapi kepala masih menatap lurus ke arah Wiro dan mulut masih
mampu keluarkan ucapan.
Wiro. Kasih sayangku padamu bukannya loyang. Kasih sayangku
padamu akan aku bawa sampai ke liang lahat. Aku sangat
berbahagia karena kau turut menyaksikan kepergianku. Walau di
dunia kita tidak bisa bersatu, aku akan menantimu di akhirat...
Ratu Laut Utara ulurkan tangan kanan, berusaha menyentuh
wajah Pendekar 212. Namun tangan itu terkulai jatuh ke tanah. Tubuh
kaku tak bergerak tapi mulut masih sanggup mengeluarkan kata-kata
walau kali ini suara yang keluar jauh lebih perlahan, tak ada yang
mendengar kecuali Wiro.
Kekasihku, ini bukan akhir dari satu perjalanan. Ini bukan akhir
dari segala-galanya. Kita akan bertemu lagi. Karena aku akan menitis
masuk ke dalam diri Ken Permata...
Pendekar 212 serta merta merasa sekujur tubuh mendadak
menjadi dingin. Apa barusan dia tidak salah mendengar. Apa dalam
keadaan sekarat perempuan itu sadar akan apa yang diucapkannya?
Ken Permata adalah puteri Nyi Retno Mantili, istri mendiang Patih
Kerajaan Wira Bumi, yang selama ini dicarinya dan sekarang tidak
tahu berada di mana. (Kisah terbunuhnya Ratu Laut Utara alias Nyi
Harum Sarti oleh Ratu Duyung dapat dibaca dalam episode
sebelumnya berjudul Cinta Tiga Ratu sedang kematian Patih Wira
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Bumi dituturkan dalam serial Wiro Sableng berjudul Bayi Satu Suro.
Patih kerajaan itu menemui ajal ditangan Pendekar 212 Wiro Sableng
dengan golok besar milik Wira Bumi sendiri).
Perlahan-lahan tubuh Ratu Laut Utara terhuyung ke depan lalu
tersungkur di tanah. Mahkota emas bertabur batu permata tanggal
dari kepala, terjatuh ke tanah. Ratu Sepuh menatap sayu ke depan.
Dengan ujung tongkat emasnya dia mengait mahkota yang jatuh lalu
menyerahkan pada Ayu Lestari.
Akhir dari nafsu berkuasa dan keserakahan... ucap Ratu
Pertama Kerajaan Laut Utara ini dalam hati.
Sementara semua orang terdiam dalam pikiran dan hati masingmasing
tiba-tiba satu bayangan biru berkelebat Satu tendangan
melesat cepat dan deras. Tubuh tak bernyawa Ratu Laut Utara
mencelat mental lalu terkapar di tanah. Mulut dan sebagian mukanya
tampak hancur mengerikan.
Semua orang tersentak dan berseru kaget. Memandang
berkeliling mereka melihat Bidadari Angin Timur yang sejak tadi berdiri
di samping Ratu Sepuh tak ada lagi di tempat itu. Wiro ingin sekali
mengejar ke arah lenyapnya gadis berambut pirang itu. Namun dalam
keadaan seperti itu dia merasa tidak enak melakukan hal itu.
Dia menendang kepala mayat, apakah karena ada dendam dan
sangkut pautnya dengan ucapan Ratu Laut Utara yang mengatakan
dirinya janda. Membatin murid Sinto Gendeng.
Sebelum tewas di tangan Ratu Duyung seperti telah diceritakan
sebelumnya dalam episode Cinta Tiga Ratu, Ratu Laut Utara dengan
suara lantang setengah berteriak saat itu berkata sehingga semua
orang mendengar.
Wiro, aku tahu kau tidak mencintai gadis bernama Ratu Duyung
yang setengah manusia dan setengah ikan itu! Aku juga tahu kau
tidak mencintai gadis berambut pirang bernama Bidadari Angin Timur
yang janda muda dari Kepala Pengawal Kesultanan Cirebon Tubagus
Kesumaputra itu!
Murid Sinto Gendeng menggaruk kepala.
Uuhhh...
Bujang Gila Tapak Sakti yang sejak tadi berdiam diri tak dapat
menahan sakit, keluarkan suara mengeluh sambil pegangi bagian
bawah perutnya yang bengkak melembung akibat sengatan tubuh
kalajengking beracun yang dilepas Ning Kameswari atas perintah
Datuk Api Batu Neraka salah seorang pembantu kepercayaan Ratu
Laut Utara. Dikisahkan dalam episode Cinta Tiga Ratu, Datuk Api
Batu Neraka menemui ajal dibunuh Jin Durna Rawana sedang Ning
Kameswari tewas ditendang Ratu Laut Utara.
Gendut, kau tenanglah barang sebentar... kata Ratu Sepuh
pula.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Bagaimana bisa tenang Nek. Kau tidak merasakan. Anuku
melembung bengkak. Sakitnya seperti ditusuki ratusan jarum api!
Delapan puluh tahun hidup di dunia baru kali ini sengsara begini rupa.
Kalau tidak percaya apa kau mau lihat sendiri?!
Habis berkata begitu Bujang Gila Tapak Sakti hendak rorotkan
celana komprang hitamnya. Ratu Duyung cepat-cepat melengos. Ayu
Lestari melongo kaget dan memandang ke jurusan lain. Nyi Roro
Manggut mesem-mesem palingkan kepala tapi setengah-setengah
masih melirik juga.
Ratu Sepuh angkat tongkat emas di tangan kanan.
Kalau kau berani kurang ajar, aku gedor barangmu. Kau akan
sengsara seumur-umur!
Bujang Gila Tapak Sakti bergumam dan cemberut kesal
mendengar perabotannya akan digedor! Sambil menahan sakit dia
mundur dua langkah menjauhi ujung tongkat si nenek yang siap
disodokkan ke bagian bawah perutnya.
Sebelum pergi aku mau bicara dulu dengan nenek satu itu.
Kata Ratu Sepuh lalu melangkah mendekati perempuan yang
berambut putihnya dikonde di atas kepala, mengenakan kebaya dan
kain putih. Inilah Nenek Cempaka, pembantu utama Ratu Sepuh
ketika dia masih menjadi Ratu Laut Utara yang pertama sebelum
menyerahkan tahta kepada Ayu Lestari. Sebelumnya ketika Nyi Harum
Sarti sang Ratu Laut Utara palsu merampas tahta memerintahkan
nenek sakti ini untuk membunuh Ratu Sepuh, dengan tongkat saktinya
yang terbuat dari Ratu Sepuh membuat Nenek Cempaka menjadi
patung, kaku tak bergerak. Namun karena masih berada dalam
sirapan ilmu hitam Ratu Laut Utara dan tadi sebelumnya dia sudah
bergerak hendak menyerang Ratu Sepuh, maka begitu bebas Nenek
Cempaka kembali lanjutkan serangannya.
Ratu Sepuh sekali lagi angkat tongkat sakti. Kini ujung tongkat
emas diarahkan tepat ke dada Nenek Cempaka sambil mulutnya
berucap.
Sudah! Sudah! Buyar! Buyar! Ilmu Hitam masuk ke dalam
tanah! Segala kebaikan masuk ke dalam darah!
Cahaya kuning berkiblat di ujung tongkat emas. Saat itu juga
Nenek Cempaka mengeluh seperti kesakitan. Muka berubah pucat
Tenung sirapan ilmu Penyejuk Jiwa Pemikat Hati yang selama ini
menguasai dirinya musnah. Begitu sadar nenek itu jatuhkan diri di
tanah sambil pegangi dua kaki Ratu Sepuh dia menangis tersedu-sedu.
Kanjeng Sri Ratu, saya Cempaka mohon maaf dan ampunanmu
Sri Ratu. Apapun yang telah terjadi saya siap menerima hukuman.
Menghukummu semudah aku membaliktelapak tangan. Katakan
dulu apa yang telah terjadi? Ucap Ratu Sepuh.
Nyi Harum Sarti, dia menenung saya dengan Ilmu Penyejuk
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Jiwa Pemikat Hati. Saya berusaha membebaskan diri namun dia
memiliki kekuatan ilmu hitam dia atas kemampuan saya...
Kalau begitu kejadiannya, kau tidak salah. Manusia yang
bersalah telah menerima hukumannya. Bangunlah!
Ratu Sepuh dan Ayu Lestari menolong Nenek Cempaka bangkit
berdiri. Ketiga orang itu berpeluk-pelukan beberapa lama lalu Ratu
Sepuh beranjak mendekati Purnama.
Cucuku manis, tadi kau hendak menyerangku dengan ilmu yang
luar biasa hebat. Aku baru hari ini melihatmu. Rasa-rasanya kau
bukan orang dari negeri ini. Sekarang ceritakan padaku. Nasib apa
yang menimpa dirimu hingga kesasar ke sini dan menjadi kaki tangan
Ratu Laut Utara palsu.
Seperti terhadap Nenek Cempaka, Ratu Sepuh sapukan tongkat
emas ke arah kepala Purnama. Saat itu juga Purnama mampu
menggerakkan tubuhnya kembali. Begitu bebas gadis dari alam 1200
silam ini segera melanjutkan serangannya yang tadi tertahan yakni
hendak melancarkan pukulan Kutuk Alam Gaib Lapis Ke Tujuh.
Kembali Ratu Sepuh angkat tongkat sakti, ujungnya diarahkan
ke dada kiri Purnama, mulut berucap.
Sudah! Sudah! Buyar! Buyar! Ilmu hitam masuk ke dalam
tanah! Segala kebaikan masuk ke dalam darah!
Purnama terhuyung-huyung, coba tertahan dan mengimbangi
diri namun akhirnya jatuh terduduk di tanah. Mulutnya keluarkan
suara mengerang. Dadanya terasa sakit Wajah yang cantik tampak
pucat Sepasang mata menatap ke arah Ratu Sepuh lalu memandang
pada orang-orang yang mengelilinginya.
Tanpa dibantu siapa-siapa gadis dari Negeri Latanahsilam ini
berdiri dan melangkah ke hadapan Ratu Sepuh. Setelah membungkuk
dalam-dalam Purnama berkata.
Ratu Sepuh, saya menghaturkan banyak terima kasih atas
semua budi kebaikanmu hingga saat ini saya bisa bergerak dan bicara
kembali. Nama saya Purnama. Saya memang datang dari negeri asing
seribu dua ratus silam...
Ah, hebat sekali! kata Ratu Sepuh dengan sepasang mata
bening memperhatikan Purnama dari ujung rambut sampai ke kaki.
Seribu dua ratus tahun silam lalu. Dan kau masih merupakan seorang
gadis cantik jelita. Sungguh luar biasa...
Nek, kau keliwat memuji. Purnama memandang ke arah Wiro,
Ratu Duyung dan Nyi Roro Manggut. Lalu kembali menatap Ratu
Sepuh. Nek, para sahabat semua, saya akan mengatakan sesuatu.
Yaitu apa yang akan terjadi dengan diri saya. Apa yang saya
sampaikan bukan merupakan pembelaan diri. Jika kalian semua
menganggap saya bersalah, saya siap menerima hukuman. Dibunuh
sekalipun akan saya terima...
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Ratu Sepuh anggukan kepala. Nyi Roro Manggut manggutmanggut
beberapa kali. Wiro dan Ratu Duyung diam saja sementara
Nenek Cempaka dan Ayu Lestari saling melirik.
Soal hukuman soal kedua. Yang penting kami ingin tahu
mengapa kau berserikat dengan Ratu Laut Utara palsu. Tega
mengkhianati para sahabat. Bahkan aku dengar ada seorang nenek
sahabat kalian yang menemui ajal di kawasan laut utara...
Saya mohon maaf atas semua yang terjadi. Seperti Nenek
Cempaka, saya terkena sirap tenung Penyejuk Jiwa Pemikat Hati yang
diterapkan oleh Nyi Kuncup Jiwa...
Hemm... Ratu Sepuh bergumam. Berarti aku akan memberikan
pengampunan atas dirimu sama dengan yang aku berikan pada
Nenek Cempaka. Tapi antara kau dan aku tidak ada ikatan apa-apa.
Hingga aku tidak bisa memberi keputusan seperti halnya dengan
Nenek Cempaka. Semua putusan akan diambil oleh teman-temanmu
yang ada di sini. Ratu Sepuh memandang pada Wiro, Ratu Duyung
dan Nyi Roro Manggut.
Ratu Sepuh, aku memberi maaf padamu. Pendekar 212 yang
pertama kali memberikan jawaban.
Terima kasih Wiro. Kau mau mengerti dan memaafkan diriku,
kata Purnama pada Pendekar 212.
Nyi Roro Manggut tiba-tiba keluarkan ucapan.
Ratu Sepuh, mohon maaf. Juga pada semua yang ada disini.
Barusan aku mendapat perintah jarak jauh dari Nyai Roro Kidul. Aku
dan Ratu Duyung diminta menghadap untuk segera menyerahkan Batu
Mustika Angin Laut Kencana Biru yang telah kami dapatkan dan
sebelumnya dirampas oleh Ratu Laut Utara palsu.
Si Nenek membungkuk memberi hormat pada Ratu Sepuh,
Nenek cempaka dan Ayu Lestari. Pada Wiro dia layangkan ejekan
dengan pencongkan mulut Lalu tanpa menunggu lebih lama Nyi Roro
Manggut tarik tangan Ratu Duyung. Dalam waktu sekejapan saja ke
dua orang itu sudah berkelebat jauh ke arah pantai.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
PURNAMA tampak gelisah. Dia menatap Wiro sebentar lalu berpaling
pada Ayu Lestari, Nenek Cempaka dan Ratu Sepuh.
Ratu Sepuh, saya sangat menyesalkan terjadinya keadaan
seperti ini. Jika semua memang sudi memaafkan saya maka saya
mohon izin pergi dari sini. Sekali lagi saya mengucapkan banyak
terima kasih atas segala budi baik Ratu Sepuh, Nenek Cempaka dan
sahabat saya yang baru Ratu Laut Utara Ayu Lestari.
Ayu Lestari dan Nenek Cempaka tersenyum mendengar ucapan
Cempaka. Namun Ratu Sepuh buru-buru berkata.
Tunggu, jangan pergi dulu. Purnama, walau aku dan Ayu Lestari
serta Nenek Cempaka belum berunding, tapi rasanya kami bertiga bisa
sepakat untuk menawarkan sesuatu kepadamu.
Menawarkan sesuatu? Menawarkan apa Ratu Sepuh? tanya
Purnama.
Setelah Ratu Laut Utara Nyi Harum Sarti menemui ajal maka
kekuasaan di kerajaan Laut Utara kembali kepada pemiliknya yang
syah yaitu Ayu Lestari. Aku sebenarnya tidak ingin lagi ikut campur
urusan dunia. Apalagi yang menyangkut tahta Kerajaaan. Nenek
Cempaka sudah lama uzur dan aku yakin dia juga sama dengan aku,
tak mau lagi mengurusi segala sesuatu yang bersangkutan dengan
Kerajaan Laut Utara. Namun itu bukan berarti kami akan berlepas
tangan bilamana terjadi sesuatu dengan Kerajaan yang aku bangun
ini. Aku merasa, di masa depan keadaan akan lebih banyak tantangan.
Sebagai penguasa laut utara aku percaya Ayu Lestari akan sanggup
menghadapi semua tantangan itu. Namun betapapun dia
membutuhkan seorang pembantu sekaligus sahabat yang bisa
dipercaya. Kami bertiga, aku, Ayu Lestari, dan Nenek Cempaka telah
menemukan calon yang sangat cocok. Yaitu dirimu. Kami harap kau
jangan sampai menampik.
Untuk beberapa lamanya Purnama tegak tertegun memandang
pada ke tiga orang di hadapannya itu sementara di samping lain
Bujang Gila Tapak Sakti goyang-goyang kepala sambil menghembushembus
dan tekap bagian bawah perutnya menahan sakit. Tubuhnya
yang berwarna biru mandi keringat. Kopiah kupluk basah kuyup. Kipas
kertasnya hilang entah kemana. Serba salah akhirnya si gendut itu
duduk di bawah patung dengan dua kaki berkembang. Dada yang
gembrot turun naik, mulut meniup-niup seperti ikan. Tangan
mengipas-ngipas bagian bawah perut. Dia sama sekali tidak
perdulikan apa yang dibicarakan orang.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Pendekar 212 juga terheran-heran mendengar ucapan Ratu
Sepuh. Apakah Purnama akan bersedia menerima permintaan nenek
sakti yang merupakan Ratu Laut Utara pertama itu? Selama ini dia
kian kemari tidak berumah tidak bertempat tinggal tetap. Bukankah
memang lebih baik kalau dia mau bermukim di Kerajaan Laut Utara?
Apa yang terpikir oleh Wiro saat itu sebenarnya juga terlintas
dalam benak dan hati Purnama.
Cucuku cantik, kau hanya tertegun. Apakah tidak akan
memberikan jawaban? Nenek Cempaka kini yang berkata. Rupanya
dia juga sangat berkenan dengan gadis dari Latanahsilam ini.
Saya...saya sudah menanam budi pada semua orang yang ada
di sini. Saya belum sempat membalas sudah diberikan lagi budi yang
sangat besar. Saya harus memikirkan baik-baik supaya tidak ada yang
dikecewakan. Ratu Sepuh, Nenek Cempaka dan Ayu Lestari, apakah
saya boleh diberi waktu untuk menjawab?
Mengapa kau tidak bisa menjawab sekarang saja, Purnama?
tanya Ayu Lestari.
Ratu muda sahabatku, saya masih punya satu urusan yang
harus saya selesaikan. Maafkan saya Ratu Sepuh. Maafkan saya Nenek
Cempaka. Saya harus mencari dan menemui seseorang...Mungkin dua
orang.
Ratu Sepuh yang arif berkata. Aku mengerti, aku sudah
maklum. Baiklah, kami bertiga tidak akan memaksa. Secepatnya kau
ada kesempatan temui Ayu Lestari.
Kalau begitu apakah saya boleh minta diri sekarang? tanya
Purnama.
Pergilah. Berlakulah hati-hati. Bukan mustahil masih ada anak
buah Nyi Harum Sarti yang tidak kita ketahui masih berkeliaran di
sekitar sini.
Purnama mengangguk, membungkuk hormat pada ketiga orang
di hadapannya lalu tinggalkan tempat itu.
Ratu Sepuh menghela napas dalam. Lalu berkata setengah
berbisik pada Ayu Lestari yang juga didengar oleh Nenek Cempaka.
Kalau saja dia mau bergabung dengan kita atau paling tidak menunda
kepergiannya barang satu hari...Aku punya firasat dia akan menemui
halangan besar di perjalanan. Nenek Cempaka, sebentar lagi harap
kau ikuti gadis berbaju biru itu. Habis berkata begitu Ratu Sepuh
berpaling pada Wiro. Pendekar Dua Satu Dua, apakah kau juga
hendak cepat-cepat meninggalkan tempat ini?
Wiro tersenyum dan garuk kepala. Tidak Ratu Sepuh. Saya
tidak akan pergi. Saya masih menunggu sampai Ratu Sepuh menolong
sahabat saya si gendut yang sejak tadi kesakitan setengah mati itu.
Ahh... aku sampai terlupa dengan sobatmu itu. Mana coba aku
lihat apa penyakitnya. Sambil senyum-senyum Ratu Sepuh dekati
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Bujang Gila Tapak Sakti yang duduk dengan kaki berkembang di
bawah patung. Anak muda yang konon sudah berusia delapan puluh
tahun. Kau memberi tahu tubuhmu sebelah bawah bengkak besar dan
sakit bukan main lalu sekujur kulit tubuhmu menjadi biru gara-gara
diantuk tujuh ekor kalajengking biru yang dilepas oleh Ning Kameswari
anak buah Ratu Laut Utara palsu.
Aku sudah menceritakan. Apa kau mau aku bercerita lagi? Aduh
Nenek Ratu, aku sudah tidak bisa menahan sakit. Rasanya kepalaku
atas bawah mau meledak pecah!
Ning Kameswari gadis cantik. Jangan-jangan kau bukan diantuk
kalajengking tapi diantuk gadis itu. Hik...hik...hik! Betul? Rupanya
Ratu Sepuh pandai juga bergurau.
Ratu Sepuh jangan bercanda. Kau bisa dan mau menolongku
apa tidak? Kalau tidak biar aku gebuk kepalaku saat ini. Mati rasanya
akan lebih baik dari pada kesakitan begini!
Jangan marah, apa lagi sampai nekad bunuh diri. Kalau aku
tidak bermaksud menolongmu pasti waktu dipantai aku tidak akan
menelanmu hidup-hidup. Nah, sekarang buka kakimu lebih lebar. Biar
ujung tongkatku tidak meleset menyodok bagian bawah perutmu!
Apa Nek?! ucap Bujang Gila Tapak Sakti sambil cepat-cepat
tekap bagian bawah perutnya. Kau mau menyodok perabotanku yang
lagi bengkak dan sakit setengah mati dengan tongkatmu?! Wong
edan! Kepalaku saja kau gebuk sampai pecah Nek! Biar beres
urusannya! Aku...
Selagi Bujang Gila Tapak Sakti bicara Ratu Sepuh sodokkan
kuat-kuat ujung tongkat emasnya ke bagian bawah perut si gendut ini.
Dukkk!
Dess...dess...dess!
Bujang Gila Tapak Sakti menjerit setinggi langit. Tubuhnya
terpental ke udara. Dari bawah perutnya terdengar tiga kali letupan
disertai mengepulnya asap biru. Sebelum jatuh bergedebuk ke tanah
si gendut ini menggapai dan berpegangan pada tubuh patung Wiro
yang sedang membungkuk meneduhi tubuh patung Ratu Laut Utara.
Dua kakinya dikibas-kibas. Patung batu bergoyang-goyang menahan
berat tubuh si gendut yang ratusan kati.
Ratu Sepuh ketok pantat Bujang Gila Tapak Sakti dengan ujung
tongkat. Membuat pemuda ini terlepas pegangannya dari tubuh
patung lalu jatuh bergedebuk menungging di tanah. Dari hidung,
telinga dan mulut mengepul asap biru. Sementara dari pantat butt...
butt...butt meletup-letup suara kentut yang juga memancarkan asap
biru! Dalam keadaan menungging Bujang Gila Tapak Sakti mengerang
tiada henti.Tiba-tiba suara erangannya berhenti. Matanya yang belok
berputar-putar. Rasa sakit di bagian bawah perut mendadak
lenyap.Tubuhnya kini malah terasa sejuk membuat matanya nyaman
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
meram melek. Nek, Ratu
Sepuh, kau apakan anuku...? tanya Bujang Gila Tapak Sakti
sambil duduk di tanah. Lalu dia usap-usap bagian bawah perutnya.
Belum puas dua tangan dimasukkan ke balik celana. Meraba kian
kemari. Malah kemudian mengucak-ucak. Eh... Si Gendut menatap
ke arah Ratu Sepuh. Weehhh, kempes Nek. Kau...
Si nenek Cuma senyum-senyum. Dia mengeluarkan sesuatu dari
balik pakaian beludrunya dan melemparkan benda itu pada Bujang
Gila Tapak Sakti seraya berseru.
Ambil!
Bujang Gila Tapak Sakti cepat menangkap benda yang
dilemparkan.Ternyata satu kantong terbuat dari kulit binatang.
Di dalam kantong itu ada obat bubuk. Anumu memang sudah
kempes dan sembuh. Tapi sekujur kulit tubuhmu masih tetap biru.
Bubuk di dalam kantong itu adalah obat penyembuhnya. Cara
pengobatan satu-satunya adalah seseorang harus menaburkan bubuk
itu di atas anumu lalu mengusapnya tujuh kali sesuai jumlah kelabang
yang menyengat. Sambil mengusap dia harus meniup-niup anumu.
Juga tujuh kali...
Kau bercanda Nek?! tanya Bujang Gila Tapak Sakti.
Aku menolongmu, bukan bercanda. Bujang Gila, apakah kau
sudah beristri? Maksudku jika sudah maka istrimu bisa melakukan hal
itu. Lebih cepat lebih bagus.
Bujang Gila Tapak Sakti menggeleng. Dia tetap berpikiran si
nenek tangah mengenainya.
Aku tidak punya istri Nek.
Kalau begitu kekasihmu saja... kata Ratu Sepuh juga.
Kekasihku juga aku tidak gablek Nek.
Kalau kau tidak punya istri tidak punya kekasih berarti kau
harus mencari seorang perempuan untuk menolongmu. Kata Ratu
Sepuh pula. Begitu? Bujang Gila Tapak Sakti tertegun sesaat. Lalu
kepalanya dipalingkan pada Ayu Lestari. Mata belok mendelik, mulut
menyeringai. Saat itu juga pewaris syah Kerajaan Laut Utara
melompat jauh lalu secepat kilat lari ke arah pantai.
Ratu Sepuh melakukan hal sama. Sekali dia ketukkan ujung
tongkat emas ke tanah maka tubuhnya berubah menjadi buaya putih
besar, melesat tinggi ke udara lalu laksana terbang melesat ke arah
pantai sambil umbar tawa cekikikan.
Bujang Gila Tapak Sakti tampak bingung. Celaka, bagaimana
ini. Perempuan mana... Tiba-tiba pandangannya membentur Nenek
Cempaka. Ah, tidak rotan akarpun jadi! Nenek ini kan perempuan
juga. Walau sudah tua tapi masih cantik...
Si nenek yang sudah bisa meraba apa yang ada di benak Bujang
Gila tapak Sakti serta merta melangkah mundur sambil mulutnya
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
berucap.O0...00...Tidak aku. Jangan aku. Lalu tidak menunggu lebih
lama dia segera berkelebat hendak pergi dari situ.
Namun si gendut lebih cepat. Dia berhasil mencekal tangan kiri
si nenek lalu menariknya. Sesaat kemudian Nenek Cempaka sudah
berada dalam gendongannya. Perempuan tua itu berteriak-teriak.
Lepaskan! Lepaskan! Aku tidak mau! Aku tidak mau melakukan
itu!
Nek, kau harus menolongku. Kata Bujang Gila Tapak Sakti
sambil membawa si nenek ke arah serumpunan semak belukar lebat.
Tidak! Aku tidak mau! kembali nenek Cempaka berteriak.
Ingat Nek, ini pesan Ratu Sepuh!
Aku tahu! Tapi dia tidak bilang harus aku yang melakukan!
Jangan takut Nek. Perabotanku tidak burik. Juga tidak ada
tanduknya.Tapi bagus mulus. Masih kencang Nek! Kata orang aku
masih perjaka. Padahal aku tidak tahu apa artinya perjaka.
Ha...ha...ha!
Gendut kurang ajar! Kau ini bicara apa?! Lepaskan diriku!
Bujang Gila Tapak Sakti sampai di balik semak belukar. Jeritan
nenek makin keras.
Tolong Nek. Aku buka celanaku yah?
Gendut kurang ajar! Najis!
Nek, obatnya sudah aku taburkan. Tinggal kau usap dan kau
tiup-tiup...
Tidaakkk!
Wiro yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan tertawa
gelak-gelak.
Nenek Cempaka! teriak Wiro. Kata Ratu Sepuh usap tujuh
kali! Tiup tujuh kali! Jangan kurang jangan lebih! Ha...ha...ha!
Tiba-tiba tawanya lenyap ketika pandangannya mengarah pada
dua patung yang sedang bersatu badan. Patung dirinya dengan Nyi
Harum Sarti.
Patung jahanam! Biar yang satu ini aku bereskan lebih dulu!
Lalu murid Sinto Gendeng ini terapkan ajian Pukulan Sinar
Matahari. Begitu tangan kanan menghantam, kiblatan cahaya putih
perak panas dan menyilaukan menderu.
Buk...!
Hanya sekali hantam saja dua patung mesum di atas bukit kecil
Pulau Menjangan Kecil hancur berkeping-keping, sama rata dengan
tanah!
Di balik semak belukar tidak terdengar lagi jeritan Nenek
Cempaka. Juga tak ada suara Bujang Gila Tapak Sakti. Wiro merasa
khawatir.
Jangan-jangan si gendut itu sudah mati konyol diremas
perabotannya! pikir murid Sinto Gendeng. Maka dia berteriak.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Bujang Gila! Apakah urusanmu sudah selesai?
Dari semak belukar tiba-tiba terdengar jawaban.
Sedikit lagi! Jangan pergi dulu! Tunggu aku! Wah...wah.
Sobatku Wiro! Usapannya melebihi nikmatnya usapan anak gadis!
Ha...ha...ha...!Terima kasih Nek. Sekarang tiup Nek. Ingat Ratu Sepuh
yang bilang begitu.Harus ditiup.Tujuh kali! Nah...nah! Aduh enak,
asyik Nek. Sejuk sekali! Ha...ha...ha!
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
RATU DUYUNG dan Nyi Roro Manggut sampai di pantai selatan Pulau
Menjangan Kecil. Dia merasa heran melihat si nenek mengambil jalan
yang tidak langsung menuju pantai tapi seperti sengaja melewati
bebukitan kecil yang penuh ditumbuhi pepohonan serta semak
belukar. Sampai di pantai Nyi Roro Manggut menyelinap ke balik
gundukan batu di belakang serumpun pohon bakau. Melihat sikap Nyi
Roro Manggut, Ratu Duyung akhirnya membuka mulut bertanya pada
si nenek.
Nyi Roro, apakah kau sungguhan menerima pesan jarak jauh
dari Junjungan kita Nyi Roro Kidul? Bahwa kau dan aku agar segera
menghadap untuk menyerahkan Batu Mustika Angin Laut Kencana
Biru?
Nenek bertubuh cebol bermata juling gelung rambut putihnya di
atas kepala. Sambil tertawa cengengesan dan usap hidungnya yang
pesek rata dia menjawab.
Kau tahu, ini cuma akal-akalanku saja...
Mengapa kau berbuat begitu? Takut Bujang Gila Tapak Sakti
akan memilihmu untuk mengobati dirinya seperti yang dikatakan Ratu
Sepuh?
Hik...hik! Nyi Roro Manggut tertawa. Si gendut itu pasti tidak
akan memilih diriku. Masih ada dirimu dan Ayu Lestari.Tapi terus
terang itu memang salah satu alasanku mengapa aku mengajakmu
cepat-cepat pergi. Si nenek memandang ke langit. Di arah timur
tampak kelompok awan hitam menggumpal tebal, berarak mendekati
kawasan laut di dekat pulau Menjangan Kecil.
Kita tidak bisa meninggalkan Wiro begitu saja Nek. Aku dan dia
mati-matian berusaha mendapatkan kembali Batu Mustika Angin Laut
Kencana Biru yang kini sudah kau simpan dalam tubuhmu.
Kau tak usah khawatir pendekar itu. Cepat atau lambat dia
akan bergabung dengan kita. Atau kau cemburu dengan Ayu Lestari?
Kau ini ada-ada saja Nek. Coba katakan, apa alasan lain kau
cepat-cepat mau pergi.
Kau ingat apa yang diucapkan dengan suara keras oleh Nyi
Harum Sarti tentang dirimu dan Bidadari Angin Timur? tanya Nyi Roro
Manggut.
Ah, itu rupanya. Terus terang aku memang merasa heran dan
tidak enak. Mengapa Nyi Harum Sarti sampai bermulut ember,
keluarkan ucapan seperti itu.
Dia ingin mempermalukan kalian di hadapan orang banyak.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Sekaligus sengaja memancing di air keruh.
Aku memang tidak suka dengan ucapannya yang mengatakan
diriku adalah setengah manusia setengah ikan. Tapi aku pikir ujud
keadaan diriku memang dulu seperti itu. Jadi walau jengkel aku
memilih diam saja.
Kau bisa berbuat begitu. Tapi bagaimana dengan Bidadari Angin
Timur? Kau mendengar sendiri apa yang diteriakkan Nyi Harum Sarti
pada Bidadari Angin Timur sebelum kau membunuh Ratu celaka itu
dengan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua. Gadis berambut pirang itu
dikatakan janda muda Kepala pengawal Kesultanan Cirebon Tubagus
Kesumaputra! Tidak heran kalau Bidadari Angin Timur kemudian
menendang hancur mulut dan kepalanya walau Nyi Harum Sarti sudah
jadi mayat! Tidak kusangka Bidadari Angin Timur bisa seganas itu.
Tapi aku bisa memaklumi. Aku bicara terus terang saja. Si rambut
pirang itu cinta setengah mati pada Wiro. Dibilang janda di hadapan
Wiro apa tidak sama saja dengan kiamat bagi gadis berambut pirang
itu? Apa lagi dia pasti juga sudah menyirap kabar tentang
kedatanganmu bersama Wiro menemui Kiai Gede Tapa Pamungkas.
Kini semakin banyak penghalang baginya untuk mendapatkan
pendekar itu. Kalaupun dia tidak kawin dengan Tubagus Kesumaputra
tapi paling tidak dia sudah mau diajak ke Cirebon. Apa itu bukan
berarti pengkhianatan kalau dia memang benar-benar mengasihi
Wiro? Kalau tidak ada api mana mungkin muncul asap!
Lama Ratu Duyung terdiam mendengar ucapan Nyi Roro
manggut. Akhirnya dengan suara perlahan Ratu Duyung berucap.
Memang aneh dan sangat kurang ajar sikap serta ucapan Nyi
Harum Sarti. Tapi bagaimana dia bisa mengeluarkan ucapan seperti
itu. Dari mana dia tahu? Apakah benar sahabat kita Bidadari Angin
Timur janda dari Kepala Pengawal Kesultanan Cirebon bernama
Tubagus Kesumaputra itu? Setahuku Tubagus Kesumaputra
sebenarnya adalah pemuda bernama Jatilandak, putera Purnama.
Purnama sendiri di negerinya dikenal dengan nama Luhmintari. Kalau
Bidadari Angin Timur janda dari Kepala Pengawai, berarti mereka
pernah kawin. Lalu kapan kawinnya?
Hal siapa sebenarnya Tubagus Kesumaputra itu bagiku tidak
jadi persoalan. Yang membuat cerita jadi panjang dan sangat
membuat marah Bidadari Angin Timur ialah dari siapa Nyi Harum Sarti
alias Ratu Laut Utara palsu mengetahui kalau Bidadari Angin Timur
adalah seorang janda!
Ratu Duyung menatap wajah si nenek beberapa saat lalu
meluncur ucapannya. Aku ingat sekarang Nek. Ketika Nyi Harum Sarti
meneriakkan kata-kata yang sangat memalukan itu, wajah Bidadari
Angin Timur marah membesi. Rahang menggembung. Dua tangan
terkepal. Dia seperti mau menguyah Nyi Harum Sarti sampai lumat
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namun sekilas aku melihat juga
bagaimana dia melirik tajam penuh kebencian pada Purnama. Kalau
ucapan Nyi Harum Sarti benar, aku yakin Bidadari Angin Timur punya
prasangka atau tuduhan bahwa Purnamalah yang telah menebar
fitnah...
Bagaimana kalau itu bukan fitnah, tapi sebenarnya terjadi?
tanya Ratu Duyung yang agaknya terpengaruh dengan ucapan si
nenek: Kalau tidak ada api mana mungkin muncul asap. (Mengenai
kisah jandanya Bidadari Angin Timur harap baca episode sebelumnya
berjudul Badai laut Utara) Lalu gadis cantik bermata biru itu
menambahkan. Kalau dipikir-pikir sebenarnya Purnama juga adalah
seorang janda dari perkawinannya yang terputus dengan ayah
puteranya yang bernama Jatilandak itu. Wiro tahu benar riwayat gadis
itu.
Kepala si nenek manggut-manggut berulang kali. Bidadari
Angin Timur memang pernah lama tidak muncul sejak beberapa waktu
belakangan ini. Kemana menghilangnya? Pergi ke Cirebon. Kawin di
sana Lalu bagaimana ceritanya kemudian menjadi janda? Aneh!
Aku sendiri pernah tahu Nek, kata Ratu Duyung pula.
Jatilandak pernah menyelamatkan Bidadari Angin Timur ketika
hendak diperkosa oleh satu mahluk dari negeri asalnya. Mahluk itu
berjuluk Hantu Muka Dua. Memang agaknya rasa saling menanam
budi cukup alasan kalau mereka mau menikah. Tapi mengapa kita
para sahabat sampai tidak mengetahui peristiwa perkawinan itu?
(riwayat hampir diperkosa Bidadari Angin Timur oleh Hantu Muka Dua
baca serial Wiro Sableng berjudul RumahTanpa Dosa).
Nyi Roro Manggut kembali angguk-anggukan kepala. Sepasang
matanya yang juling menatap ke arah pantai dimana berjejer
beberapa perahu kayu dan jukung yang keadaannya sudah setengah
lapuk karena lama ditinggalkan dan tidak dipergunakan lagi oleh
pemiliknya. Dia kembali memandang ke langit. Lalu berkata.
Langit tampak hitam. Agaknya sebentar lagi hujan lebat akan
turun disertai angin kencang. Mungkin badai.
Baru saja si nenek berkata begitu di langit sebelah barat kilat
menyambar di susul gelegar guntur.
Ratu Duyung tidak perdulikan keadaan cuaca yang berubah
cepat.
Nyi Roro, aku ingin tahu mengapa tadi kita tidak langsung
menuju ke pantai. Kau sengaja melewati jalan berputar yang lebih
jauh. Mengapa kau berbuat begitu?
Aku tidak ingin kehadiran kita di sini diketahui orang atau
dilihat orang-orang itu...
Orang-orang siapa maksudmu Nyi Roro Manggut? tanya ratu
Duyung pula.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Bidadari Angin Timur dan Purnama.
Bidadari Angin Timur sudah lebih dulu pergi dari kita. Tak
mungkin masih berada di pulau ini.
Nyi Roro Manggut menggeleng.
Dia masih berada sekitar pulau ini. Dia tengah menunggu
seseorang. Aku punya firasat sesuatu akan terjadi di sekitar tempat
ini. Pasang matamu baik-baik dan pentang telingamu tajam-tajam.
Sayang cermin saktimu sudah hancur. Tapi coba kau kerahkan Ilmu
Menembus Pandang...
Baru saja si nenek keluarkan ucapan tiba-tiba dari balik sebuah
pulau kecil muncul satu perahu. Penumpangnya mengenakan pakaian
biru tipis, rambut pirang panjang melambai lepas tertiup angin. Sekalikali
dia mencelupkan tangan ke dalam air. Perahu melesat deras di
permukaan laut. Di satu tempat sejarak belasan tombak dari pantai
perahu dihentikan, terombang ambing dipermainkan ombak kecil.
Perlahan-lahan penumpang di atas perahu bangkit, tegak sambil
rangkapkan dua tangan di atas dada. Mata menatap tajam ke arah
pantai.
Bidadari Angin Timur... bisik Ratu Duyung.
Benar, sahut Nyi Roro Manggut. Dia tengah menanti
kedatangan seseorang. Orang itu aku yakin sebentar lagi akan berada
di tempat ini. Aku harap Bidadari Angin Timur tidak mengetahui
kehadiran kita di balik batu karang ini.
Purnama! tiba-tiba gadis berambut pirang berpakaian biru tipis
yang berdiri di atas perahu di tengah laut berteriak lantang. Aku tahu
kau berada di tepi pantai. Jangan bersembunyi! Aku sudah cukup lama
menunggu kemunculanmu! Cepat unjukkan diri! Ada yang perlu kau
jawab sebelum aku menghabisi dirimu!
Dugaanku tidak keliru! kata Nyi Roro Manggut. Tapi aku tidak
menduga Bidadari AnginTimur punya dendam begitu hebat hingga dia
ingin membunuh Purnama!
Kau bilang apa yang terjadi sama dengan kiamat bagi gadis itu.
Dan Purnama sangat tersangkut dengan kejadian tersebut. Ucap Ratu
Duyung pula. Dia berpaling ke kanan. Aku mendengar desiran angin.
Aku melihat sesuatu berkelebat di balik deretan pohon kelapa sebelah
sana... bisik Ratu Duyung.
Saat itu juga terlihat seorang perempuan berpakaian biru pekat,
rambut digulung di atas kepala, berlari laksana terbang ke arah
pantai. Ternyata dia adalah Purnama alias Luhmintari ibu dari
Jatilandak alias Tubagus Kesumaputra.
Purnama angkat tangan kirinya ke arah Bidadari Angin Timur
yang berada dia atas perahu.
Bidadari Angin Timur! Aku tahu kau akan menungguku. Aku
tidak sembunyi. Justru aku memang ingin menemuimu agar bisa
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
diajak bicara! Antara kita mungkin telah terjadi kesalah fahaman!
Bukan mungkin! Bukan juga kesalah fahaman! Seseorang telah
menghina mempermalukan diriku akibat fitnah yang berasal dari
mulutmu!
Aku akan menerangkan padamu duduk perkaranya! Kita
bersahabat sejak lama Aku tidak akan bermulut keji seperti yang kau
duga. Sesuatu telah terjadi pada diriku!
Perempuan liar dari negeri najis! teriak Bidadari Angin Timur.
Jika kau memang ingin bicara sebelum kematianmu, tunjukkan
kehebatanmu! Datang temui aku di sini! Kita bicara di tengah laut ini!
Ditantang begitu rupa Purnama tidak tinggal diam. Dia melirik ke
arah deretan perahu di tepi pasir. Secepat kilat dia melompat
mendekati salah satu perahu lalu mendorong ke dalam laut. Begitu
berada di dalam air dia terus berenang sambil mendorong perahu. Dua
gerakan kakinya yang sebat membuat perahu terdorong pesat di atas
permukaan air.
Ketika tinggal beberapa tombak lagi dari perahu yang
ditumpangi Bidadari Angin Timur baru Purnama melompat ke atas
perahu. Aneh, kepala, tubuh, dan pakaian tidak ada yang basah. Gadis
ini telah melindungi tubuh dan pakaian dengan ilmu yang
mengeluarkan cahaya biru bergemeriap.
Begitu berdiri di atas perahu yang kini berdampingan dan hanya
terpisah dengan perahu Bidadari Angin Timur sejarak dua jengkal,
Purnama segera keluarkan ucapan.
Sahabatku Bidadari Angin Timur, kalau kita bicara aku harap
kita bicara dengan kepala dingin walau hati panas...
Hentikan bicara manismu! Bentak Bidadari Angin Timur.
Antara kita tidak ada lagi jalinan persahabatan. Karena kau telah
membuka aib diriku yang nyata-nyata adalah fitnah dan
menyampaikannya pada Ratu Laut Utara keparat bernama Nyi Harum
Sarti itu!
Aku tidak mengingkari. Aku memang bicara tentang keadaan
dirimu setelah gagalnya pernikahanmu dengan Kepala Pengawal
Kesultanan Cirebon bernama Tubagus Kesumaputra itu! Nyi Harum
Sarti berusaha mengorek banyak keterangan dariku. Dan aku bicara
dalam keadaan pikiran tidak waras akibat ilmu Penyejuk Jiwa Pemikat
Hati yang disirapkan seorang nenek anak buah Nyi Harum Sarti atas
diriku...
Aku tidak peduli ilmu setan apapun yang ditenungkan pada
dirimu. Kau tidak bisa membantah kenyataan bahwa sumber fitnah
yang sangat keji memalukan itu berasal dari mulutmu!
Aku mengakui hal itu. Namun harap kau bisa mengerti...
Tutup mulutmu! Jangan terlalu banyak bicara! Aku hanya ingin
tahu satu hal lagi! Dari mana kau mengetahui peristiwa gagalnya
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
pernikahanku dengan Kepala Pasukan Kesultanan Cirebon yang
sebenarnya adalah anak kandungmu sendiri!
Berita baik berita buruk berjalan secepat angin bertiup, jawab
Purnama tanpa mau berterus terang siapa orang yang menjadi sumber
cerita peristiwa itu. Seperti diketahui Purnama mendapat penjelasan
langsung dari puteranya sendiri yaitu Jatilandak alias Tubagus
Kesumaputra. Kuharap kau mau bersikap penuh pengertian. Walau
aku menyadari buruknya diriku ini aku sebenarnya adalah bekas
mertuamu juga...
Mendengar kata-kata Purnama itu wajah Bidadari Angin Timur
berubah merah. Rahang menggembung. Dada seperti mau meledak.
Sepasang mata berkilat-kilat. Dari mulutnya menyembur tawa
melengking panjang yang diakhiri dengan suara mendengus.
Perempuan jahanam! Kau bukan saja terpesat dari negeri
hantu! Tapi juga membuat keonaran di tanah Jawa! Aku tidak pernah
nikah dengan anakmu! Aku tidak pernah merasa jadi janda seperti
yang kau fitnahkan!
Bidadari Angin Timur, aku bersedia bersujud minta maaf
padamu. Bukankah lebih baik kita lupakan saja persoalan ini? Semua
terjadi bukan karena kemauan kita. Ini gara-gara kejahatan Ratu Laut
Utara palsu bersama kaki tangannya!
Hebat dan pandai sekali kau mencari kambing hitam! Tukas
Bidadari Angin Timur. Memang bukan terjadi karena kemauankulTapi
kemauan busukmu! Teriak Bidadari Angin Timur. Kepala disentakkan.
Wutt!
Rambut pirang laksana tabasan golok menyambar ke arah leher
Purnama. Jangankan leher manusia, patung batupun akan dibabat
putus oleh tebasan rambut pirang yang berubah menjadi kaku keras
laksana lempengan besi!
Selagi Purnama menjauhkan diri untuk menghindari serangan
Bidadari Angin Timur kembali lancarkan serangan susulan berupa
pukulan tangan mengandung hawa sakti dan tenaga dalam tinggi!
Bagi dua orang yang memiliki kepandaian yang sudah mencapai
puncaknya, bertarung di daratan adalah satu hal yang biasa. Tapi
berkelahi di atas perahu kayu yang mengambang di atas laut sungguh
merupakan kejadian yang sangat langka. Walau memiliki kesaktian
serta tenaga dalam tinggi, tapi jika tidak berbekal ilmu meringankan
tubuh yang luar biasa, kedua petarung bisa sama-sama celaka!
Dukkk!
Tangan kanan Bidadari Angin Timur yang melancarkan pukulan
ke arah dada beradu dengan lengan kanan Purnama yang dipergunakan
untuk menangkis sekaligus dipakai mendorong sebagai serangan
balasan.
Dua gadis cantik sama-sama terpekik. Tangan bergetar hebat
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
dan membekas merah biru. Tubuh mereka serentak terhuyung ke
belakang akibat keras beradunya dua tangan. Dalam keadaan seperti
itu dengan gerakan kilat mengandalkan ilmu meringankan tubuh
tinggi. Keduanya melompat ke udara. Sambil melayang turun untuk
menjejakkan kaki di atas lantai perahu mereka kembali menabur
serangan.
Purnama melepas pukulan Menahan Raga Menyerap Tenaga.
Dengan ilmu ini dia mampu membuat lawan menjadi lemas tak
berdaya. Jelas gadis dari Latanahsilam ini tidak berniat untuk
mencelakakan lawan.
Sebaliknya Bidadari Angin Timur yang sudah nekad hendak
menghabisi Purnama menghantamkan dua tangan ke arah lawan. Dua
larik sinar biru berkiblat Ilmu kesaktian ini tidak bernama, Nyi Kuncup
Jingga pernah mengatakan bahwa sambaran dua cahaya biru itu
adalah Pedang Biru Liang Akhirat. (Baca Cinta Tiga Ratu)
Laksana sepasang pedang, dua cahaya biru dengan ganas
menyambar ke arah kepala dan dada Purnama. Bila dua cahaya biru
mengenai sasaran maka kepala dan dada Purnama akan terbelah!
Di saat bersamaan kilat kembali menyambung di langit dan
guntur menggelegar dahsyat. Selagi dua gadis yang bertarung belum
sempat menjejakkan kaki dan serangan masing-masing belum saling
bentrokan tiba-tiba angin deras turun bergemuruh, bertiup dahsyat
membuat air laut membuntal membentuk gelombang luar biasa besar!
Dalam keadaan seperti itu dua buah perahu kayu tiba-tiba
melesat dari arah pantai. Orang yang berperahu di sisi kanan
berteriak.
Bidadari Angin Timur! Purnama! Jangan tolol bertarung
melawan sahabat sendiri! Semua bisa diselesaikan dengan saling
bicara!
Tapi gelombang luar biasa besar keburu menghantam. Empat
perahu mencelat ke udara, hancur berkeping-keping. Nyi Roro
Manggut cepat melesat menyambar tangan Bidadari Angin Timur
sementara Ratu Duyung berusaha menggapai pinggang Purnama.
Namun keduanya luput! Ketika gelombang kedua menyapu dan hujan
serta angin menderu ganas sementara udara menjadi gelap, ke empat
orang itu tidak kelihatan lagi!
***
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA Nyi Roro Manggut dan Ratu Duyung siuman, mereka
dapatkan diri terbujur di atas pasir pantai Menjangan Kecil.
Astaga, apa yang terjadi dengan diriku! ucap si nenek seraya
bangkit duduk. Dia memandang dan meraba dada sendiri, merasa lega
karena mengetahui Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru milik Nyai
Roro Kidul masih berada dalam tubuhnya. Di sebelahnya duduk Ratu
Duyung sambil mengibas-ngibas rambut yang basah, sepasang mata
menatap ke arah laut yang kini berada dalam keadaan tenang. Di atas
pasir keping kayu hancuran perahu bertebaran dipermainkan ujung
ombak sementara langit cerah tak berawan. Sang surya condong jauh
ke barat, memancarkan cahaya kekuningan pertanda saat itu hari
telah sore.
Ada badai waktu kita hendak mencegah Bidadari Angin Timur
dan Purnama saling berbunuhan. Ratu Duyung keluarkan ucapan.
Nyi Roro, menurutmu apakah badai itu merupakan badai setan
jejadian seperti yang kita alami sebelumnya?
Jin pencipta badai yaitu Durna Rawana sudah menemui ajal.
Yang tadi adalah badai sungguhan. Jawab Nyi Roro Manggut. Kita
berdua tergeletak tak sadarkan diri cukup lama di tempat ini.
Ratu Duyung bangkit berdiri, menarap ke arah laut lepas. Selain
pulau-pulau kecil dia tidak melihat apa-apa lagi.
Nek, hatiku sangat kawatir. Apa yang terjadi dengan Purnama
dan Bidadari AnginTimur. Jangan-jangan selagi kita tergeletak pingsan
di sini kedua orang itu telah saling berbunuhan. Sama-sama menemui
ajal!
Kalau mereka memang sama-sama sudah menemui ajal. Ada
dua kemungkinan. Pertama tubuh mereka hancur berkeping-keping.
Berarti kita tidak akan menemui jazad utuh mereka. Kemungkinan
kedua jenazah mereka masih dalam keadaan utuh tapi tenggelam ke
dasar laut. Paling cepat butuh waktu satu hari satu malam jenazah
keduanya baru muncul mengambang di permukaan laut. Apakah kita
akan menunggu? Kita masih banyak urusan penting yang harus segera
dilaksanakan.
Kita tidak bisa menunggu selama itu, Nek. Selain itu aku
merasa sangat perlu menemui Wiro terlebih dulu.
Nyi Roro Manggut tidak menjawab melainkan menatap diam
dengan matanya yang jereng ke arah laut
Apa yang ada dalam pikiranmu Nek? tanya ratu Duyung.
Aku coba mengingat-ingat... jawab si nenek pula. Sewaktu
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
gelombang besar menghantam kita, yaitu sebelum kita mampu
mencegah terjadinya saling serang pukulan sakti antara Purnama dan
Bidadari Angin Timur, aku sekelebatan melihat satu benda putih
panjang muncul dari dalam laut, melesat di dalam gulungan
gelombang, menyambar ke arah kita...
Aku tidak melihat benda itu Nyi Roro, kata Ratu Duyung pula.
Bisa saja kau tidak melihat Namun aku berpikir, bila cuma
gelombang besar yang menghantam kita, tidak mungkin kita sampai
terkapar pingsan sekian lama di tepi pantai ini. Aku yakin benda putih
panjang itulah yang melepas kekuatan dahsyat membuat kita
terpental hingga tidak sadarkan diri.
Kalau begitu ucapanmu, bisa saja dua sahabat kita itu telah
mengalami celaka oleh benda itu. Tapi benda putih aneh itu mahluk
apa gerangan?
Aku punya dugaan. Tapi kawatir kalau kesalahan... ucap si
nenek perlahan.
Katakan saja padaku Nek. Masa kau tidak percaya aku akan
menjaga rahasia?
Nanti saja. Ini bukan perkara percaya atau tidak percaya.
Jawab Nyi Roro manggut.
Sambil meraba pinggang pakaian di bagian dimana dia
menyimpan gulungan Pedang Naga Suci 212 Ratu Duyung berkata.
Kalau begitu sebelum matahari tenggelam sebaiknya kita
kembali dulu ke bukit menemui Wiro dan Bujang Gila Tapak Sakti. Lalu
dengan mengandalkan Batu Mustika Sakti bersama-sama kembali ke
daratan Jawa...
Mendadak ucapan ratu Duyung terputus. Gadis itu terpekik.
Ada apa?! tanya Nyi Roro Manggut tersentak kaget.
Pedang Naga Suci! sahut Ratu Duyung dengan wajah berubah
pucat. Pedang sakti bergulung itu lenyap! Sebelumnya aku simpan di
balik pinggang sini!
Celaka! Pasti ada yang mencuri ketika kita dalam keadaan
pingsan! Si nenek lalu membantu memeriksa dan mencari senjata
sakti itu namun tidak berhasil ditemukan.
Ratu Duyung terduduk lemas di atas pasir. Mengusap wajah
berulang kali. Apa yang akan kita lakukan sekarang? Kemana harus
mencari pedang sakti itu? Senjata itu titipan orang, bukan milikku! Ah
mengapa musibah buruk selalu datang tidak berkeputusan.
Sebelumnya batu mustika sakti. Kini pedang sakti...
Kita sedang apes, ujar Nyi Roro Manggut pula. Pedang itu
bukan cuma sekedar titipan, tapi lebih penting dari itu adalah tanda
ikatan jodohmu dengan murid Sinto Gendeng.
Ratu Duyung diam saja. Wajahnya yang tadi pucat kini bersemu
merah mendengar kata-kata si nenek. Ucapan Nyi Roro Manggut
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
membuat hatinya jadi tambah gelisah tambah kawatir.
Bagaimana kalau kita menyelidik dulu ke bukit kecil di dalam
pulau? Siapa tahu Wiro masih ada di sana. Ratu Duyung akhirnya
berkata.
Kedua orang itu segera kembali ke atas bukit tempat dimana
mereka sebelumnya bertemu dengan Ratu Laut Utara Nyi Harum Sarti
dan Ratu Sepuh. Namun mereka tidak menemui siapapun di situ.
Bahkan patung Wiro dan Nyi Harum Sarti juga telah musnah berubah
menjadi kepingan bertabur sama rata di atas tanah. Sesaat setelah
matahari tenggelam dan malam segera turun Nyi Roro Manggut
berkata.
Kita sudah mencari hampir di seluruh pulau kecil ini. Kau telah
mengerahkan ilmu Menembus Pandang. Tapi sia-sia saja semua
usaha. Tidak seorangpun ada di pulau ini. Lebih baik kita kembali ke
pantai selatan.
Nyi Roro, kau berangkatlah duluan ke Kerajaan Laut Selatan.
Temui Nyi Roro Kidul dan sampaikan permohonan maafku. Aku tidak
bisa ikut bersamamu. Aku harus mencari dan menemukan Pedang
Naga Suci Dua Satu Dua terlebih dulu.
Nyi Roro Manggut terdiam mendengar ucapan Ratu Duyung itu
lalu bertanya.Kau mau mencari kemana pedang sakti itu?
Aku juga tidak tahu Nyi Roro. Mudah-mudahan Yang Maha
Kuasa memberi petunjuk.
Dengar ratu Duyung. Ucap si nenek sambil pegang bahu gadis
bermata biru. Dugaanku ada dua kemungkinan. Pedang itu memang
dicuri orang ketika kau tergeletak pingsan di atas pasir. Atau bisa juga
terlempar jatuh ke dalam laut sewaktu kita dihantam gelombang besar
dan kibasan benda putih panjang.
Aku akan berusaha menyelidik. Apapun yang terjadi Pedang
Naga Suci Dua Satu Dua harus didapatkan kembali.
Aku bisa mengerti tindakanmu. Aku akan memberi tahu Nyai
Roro Kidul apa yang terjadi. Aku pergi Sekarang. Hati-hatilah...
Ratu Duyung mengangguk.
Kau juga hati-hati Nek, kata si gadis.
Nyi Roro Manggut letakkan tangan kanannya di atas dada
dimana tersimpan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru. Sekati dia
menghentakkan kaki kanan ke atas pasir pantai, tubuhnya melesat ke
udara lalu melayang laksana terbang ke arah selatan.
APA yang terjadi dengan Purnama dan Bidadari Angin Timur?
Pada saat badai muncul dan gelombang besar menghantam, baik
Purnama maupun Bidadari Angin Timur telah sama-sama sempat
melepas pukulan sakti. Purnama melancarkan pukulan Menahan Raga
Menyerap Tenaga yang tidakakan mencelakai lawan, hanya sekedar
membuatnya tidak berdaya. Sebaliknya Bidadari AnginTimur yang
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
membekal amarah serta dendam kesumat besar menghantam dengan
serangan mematikan yaitu pukulan ilmu Pedang Biru Liang Akhirat.
Walau saat badai menghantam dan membuat kedua gadis itu
sama-sama terlempar namun serangan mereka lepas masih sempat
menghajar ke arah lawan. Akibatnya memang sangat berbahaya. Yaitu
Bidadari Angin Timur akan lemas tak berdaya seluruh tubuh
sementara Purnama bisa jadi menemui ajal paling tidak ada bagian
tubuhnya yang terbabat putus atau terkoyak lebar!
Pada saat itulah benda putih panjang muncul dari dalam air laut,
berkelebat ke atas di antara dua gadis yang barusan sama-sama
melepas pukulan sakti. Kibasan dahsyat benda putih itu sanggup
membuat Bidadari Angin Timur dan Purnama terpental lebih jauh.
Meskipun demikian dua gadis tetap mengalami cidera.
Bidadari Angin Timur menjerit keras ketika dia merasa tubuh
sebelah kanannya mulai dari ujung jari tangan sampai ke bahu dan
terus ke kaki menjadi lemas tak bisa digerakkan lagi. Ketika
gelombang besar menghantam dirinya tak ampun gadis ini amblas
masuk ke dalam laut. Walau dia memiliki ilmu bisa bertahan lama di
dalam air yang didapat dari Kiai Gede Tapa Pamungkas namun dalam
keadaan separuh tubuh cidera berat seperti itu dia tak mungkin
menggantungkan nyawanya pada ilmu tersebut Ketika megap-megap
muncul di permukaan air, dia berusaha dan masih sempat menggapai
dengan tangan kiri sekeping papan pecahan perahu. Dia tidak
menyadari kalau ada benda melekat di atas kepingan papan yang kini
menjadi gantungan hidupnya itu. Lalu gelombang kembali
menghantam tubuhnya hingga terpental dan diseret jauh ke arah
barat.
Akan halnya Purnama, gadis dari alam gaib 1200 tahun silam ini
dalam keadaan terpental masih sanggup selamatkan diri dari salah
satu cahaya biru yang menyambar ke arahnya. Namun sambaran
cahaya biru kedua tak mampu dielakkan. Laksana pedang membabat
cahaya biru masih sempat menyambar pinggulnya sebelah kiri. Darah
mengucur dari luka besar di pinggul. Air laut sekitar situ tampak
kemerahan. Dia sulit menggerakkan diri, apa lagi berusaha berenang
mencapai pantai. Sebelum pingsan gadis ini berusaha sedapatnya
melafatkan ajian bernama Empat Penjuru Air Alam Gaib. Dengan ilmu
ini, jika dia mampu membacakan manteranya sampai selesai maka
tubuhnya akan mengambang di atas air. Berarti kehidupannya kini
tinggal tergantung kemana arus air laut membawa menghanyutkan
tubuhnya.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
MALAM Jum'at Kliwon di tanah Jawa. Malam Jum'at yang sama di
Pulau Andalas. Langit cerah tak berawan, dihias bulan sabit. Saat itu
lewat tengah malam. Di tepi Danau Maninjau, di atas sebuah batu
datar dialas selembar kulit kambing putih, Datuk Rao Basaluang Ameh
baru saja selesai melakukan sembahyang tahajud dan siap berzikir
ketika tiba-tiba di kejauhan terdengar alunan suara serunai memecah
kesunyian malam.
Sang Datuk angkat kepala. Wajah berubah, hati tercekat, dada
berdebar. Perlahan mulutnya berucap.
Puluhan tahun aku tidak pernah mendengar suara bebunyian
itu. Apakah dia yang meniup? Apakah dia yang datang? Ah,
mungkinkah dia masih hidup? Adakah kerinduan yang tersemat di
hatiku juga ada di hatinya hingga dia datang ke sini?
Datuk Rao Basaluang Ameh duduk tak bergerak. Mengambil
sikap menunggu sambil sepasang matanya yang biru menatap ke arah
jauh di kegelapan dari mana datangnya suara tiupan serunai yang
mendayu berhiba-hiba, menimbulkan perasaan haru di lubuk hati
Datuk Rao Basaluang Ameh. Orang tua yang konon adalah setengah
roh manusia dan telah menemui kematian seratus tahun silam ini
pegang saluang yaitu seruling khas Minang yang terbuat dari emas
dan terselip di pinggang. Perlahan-lahan dia tarik saluang ini lalu
ujungnya ditempelkan ke bibir. Sesaat kemudian suara tiupan saluang
menggema di udara malam, menimpali dan saling bersahutan dengan
suara serunai. Seolah-olah dua mahluk gaib yang tengah memadu
kasih. Di tengah Danau Maninjau, permukaan air tampak bergetar,
membentuk gelombang-gelombang halus yang beriringan berarak ke
tepian danau.
Untuk beberapa lama dua suara dua bebunyian itu saling
bersambut indah di keheningan malam. Begitu menyentuh hati
sehingga tanpa sadar butir-butir air mata meluncur jatuh di pipi Datuk
Rao Basaluang Ameh. Tangannya yang memegang saluang bergetar
dan tiupannya sesekali tertahan-tahan. Jauh di kegelapan ada suara
tersendat seperti orang menahan isak dan bersamaan dengan itu
suara tiupan serunai terdengar turun naik tak menentu.
Perlahan-lahan Datuk Rao Basaluang Ameh turunkan tangan.
Saluang emas diletakkan di atas pangkuan. Mata terus menatap ke
arah kegelapan. Mulut berucap gemetar.
Laras Parantili. Jika memang kau yang datang perlihatkanlah
dirimu. Jangan membuat diriku sesak seperti dikurung dalam keranda
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
besi yang hendak ditenggelamkan ke dasar Danau Maninjau.
Suara tiupan serunai di kegelapan berubah perlahan lalu lenyap
sama sekali, tak lama kemudian kelihatan seseorang melangkah
keluar dari balik deretan pohon-pohon Kayu Manis berusia ratusan
tahun. Orang itu berjalan ke arah batu besar di tepi danau dimana
Datuk Rao Basaluang Ameh duduk lalu berhenti. Sang Datuk masih
belum bisa melihat jelas. Hatinya berkata. Datanglah lebih dekat agar
aku bisa melihat dirimu...
Seperti terdengar suara hati sang Datuk, orang dalam gelap
lanjutkan langkah, mendatangi. Hanya sejarak dua belas langkah dari
tempatnya duduk, Datuk Rao Basaluang Ameh kini tak ragu lagi. Dia
benar-benar mengenali siapa orang yang datang ini. Bukan saja dari
raut wajahnya tapi juga dari pakaian yang dikenakan.
Allah Maha Besar! Aku memanjatkan beribu syukur! Laras
Parantili! Benar kau yang datang rupanya!
Datuk Rao Basaluang Ameh segera berdiri. Saluang Ameh
diselipkan di pinggang.Tongkat kayu putih miliknya yang tadi
tergeletak di atas tikar kulit kambing diambil lalu cepat turun dari atas
batu.
Dua belas langkah di hadapannya berdiri seorang perempuan
tua bertubuh tinggi semampai berambut putih perak, disanggul rapi
dihias sesusun sunting rendah terbuat dari suasa. Wajahnya bujur
telur berhidung mancung. Walau banyak kerut dan sepasang mata
agak sembab tanda habis menangis, wajah itu bersih dan masih
membayangkan kecantikan dimasa muda. Sehelai selendang biru
bergelung di leher, menjulai ke dada. Perempuan tua itu mengenakan
kebaya panjang dalam menyerupai jubah berwarna kuning gelap,
penuh dengan taburan sulaman bunga yang terbuat dari sulaman
benang perak. Di bawah kebaya panjang kuning dia mengenakan
sehelai celana panjang berwarna hitam. Di tangan kanan, sambil
diletakkan di atas dada dia memegang sebuah serunai, yaitu
bebunyian menyerupai suling tapi agak menggembung dan berkeluk di
bagian tengah.
Untuk beberapa lama dua orang itu hanya saling bertatapan.
Kemudian Datuk Rao melangkah mendekati namun dua langkah di
hadapan perempuan tua itu dia berhenti. Jika menurutkan perasaan
hati, saat itu juga sang Datuk ingin sekali memeluk erat perempuan
tua berwajah cantik itu.
Laras Parantili, ini kebesaran Tuhan yang paling indah. Aku
tidak menyangka kau akan datang. Ah... Berapa tahun kita tidak
pernah berjumpa? Sepuluh... dua puluh... empat puluh tahun...
Setengah abad Datuk. Setengah abad kita tak pernah saling
bertemu... menjawab perempuan tua bernama Laras Parantili.
Setengah abad. Benar sekali. Aku benar-benar berbahagia.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Kalau bukan langkah Tuhan yang membimbingmu kemari tentu kita
tidak berjumpa malam ini.
Disitulah rahasia Kebesaran Allah, kata Laras Parantili.
Sejuta puji sejuta syukur! ucap Datuk Rao Basaluang Ameh.
Laras, mari kita bicara di atas rumah gadang gonjong lima. Aku tidak
tahu kau datang dari mana.Tapi yang pasti datang dari tempat yang
jauh. Kau pasti lelah. Kau perlu secangkir minuman panas untuk
menghangatkan diri. Selain itu kau tentu butuh istirahat...
Laras Parantili tersenyum. Dia menatap ke arah kejauhan
dimana terlihat sebuah rumah panggung besar beratap ijuk dengan
gonjong berbentuk tanduk kerbau sebanyak lima buah.
Terima kasih, Datuk. Kau tetap baik dan lembut seperti yang
sudah-sudah. Kalau kau tidak keberatan, biar kita bicara di sini saja.
Aku tidak ingin mengganggu ketenangan tidur para penghuni gadang.
Mendengar ucapan orang, Datuk Rao Basaluang Ameh maklum
kalau si nenek datang membawa suatu maksud dan maksud itu ingin
disampaikan secara cepat. Berarti dia tidak akan lama melihat
perempuan yang selama fni selalu dirindukannya itu.
Laras Parantili, aku tidak akan memaksa kau agar mau naik ke
rumah gadang. Namun kalau boleh aku bertanya sudilah mengatakan
gerangan maksud kedatanganmu. Apakah ini menyangkut hubungan
kita masa lalu?
Datuk... pembicaraan kita mungkin akan sampai di sana.
Namun berterus terang aku katakan, kedatanganku membawa satu
kabar serta tujuan besar.
Sekilas harapan membayang di wajah Datuk Basaluang Ameh.
Aku gembira mendengar hal itu. Katakanlah. Jika memang
perlu kita rundingkan maka akan segera kita bicarakan saat ini juga.
Datuk, ketahuilah bahwa kedatanganku membawa satu amanat
dari alam gaib, menyangkut mahluk titisan...
Datuk Rao Basaluang Ameh tatap wajah Laras Parantili.
Wajahnya membayangkan tanda tanya.
Kau pasti belum mengerti. Biar aku lanjutkan ucapan, kata si
nenek pula sambil membetulkan gelungan selendang biru di lehernya.
Aku tahu di dalam rumah gadang tempat kediamanmu saat ini ada
seorang anak perempuan berusia menjelang dua tahun. Bernama Ken
Permata.
Datuk Rao Basaluang Ameh sembunyikan keterkejutannya
dengan tersenyum. Lima puluh tahun tidak bertemu, lima puluh
tahun tidak pernah datang, bagaimana begitu muncul Laras Parantili
mengetahui kalau dirumahku ada seorang anak perempuan berusia
hampir dua tahun bernama Ken Permata. Sebelum sempat orang tua
ini mengatakan sesuatu, si nenek bermuka bulat sudah lebih dulu
lanjutkan ucapan.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Anak perempuan itu adalah puteri dari seorang Tumenggung di
tanah Jawa bernama Wira Bumi yang kemudian menjadi Patih
Kerajaan. Nasib buruk sang Patih, dia tewas di tangan tokoh persilatan
golongan putih. Istrinya, ibu dari Ken Permata bernama Nyi Retno
Mantili, saat ini masih hidup tapi dalam keadaan tersiksa sengsara
karena telah kehilangan ingatan warasnya. Konon perempuan itu
masih berada di tanah Jawa.
Dia tahu banyak tentang Ken Permata dan kedua orang
tuanya, ucap Datuk Rao dalam hati. Lalu pada si nenek dia berkata.
Laras, tadi kau menyebut-nyebut soal titisan...
Ceritaku akan sampai ke sana Datuk. Jawab si nenek pula
dengan suara tenang penuh kesabaran sementara sebaliknya Datuk
Rao ingin cepat-cepat mengetahui apa sebenarnya maksud semua
ucapan dan kedatangan si nenek.
Datuk, nasib anak perempuan bernama Ken Permata itu
mungkin akan sama buruk dengan apa yang terjadi dengan ibunya
jika tidak ada seseorang yang mau turun tangan dan menolong
menghindarkan kejadian itu...
Datuk Rao yang tidak sabaran langsung memutus ucapan
dengan bertanya. Lalu apakah kedatanganmu adalah sebagai orang
yang hendak menolong anak perempuan itu?
Aku tak kuasa menolong, aku hanya orang yang ketitlpan
amanat agar anak perempuan itu dapat menerima titisan yang bakal
datang atas dirinya. Bagaimana perjalanan hidupnya nanti Yang Maha
Kuasalah yang akan menentukan...
Laras parantili, terus terang aku masih belum jelas akan semua
apa yang kau katakan ini. Roh siapa yang akan menitis ke dalam diri
Ken Permata? Kapan hal itu akan terjadi?
Roh yang akan menitis berasal dari diri seorang perempuan
usia empat puluh tahun bernama Nyi Harum Sarti. Seorang
perempuan yang pernah menduduki tahta Kerajaan Laut Utara sebagai
Ratu namun tewas tiga hari yang lalu.
Kapan penitisan akan terjadi? tanya Datuk Rao yang kini
menjadi tampak tegang.
Malam ini. Dan aku dibebankan amanat agar petitisan itu
terjadi dengan sebaik-baiknya tanpa halangan.
Laras, kau mengatakan roh yang akan menitis ke dalam diri
Ken Permata adalah roh seorang ratu dari Kerajaan Laut Utara yang
tewas tiga hari lalu.
Betul sekail Datuk. Jawab Laras Parantili.
Kalau kau mengatakan dia tewas maka aku mempunyai dugaan
Ratu itu menemui kematiannya secara tidak wajar. Dibunuh
Orang?tanya Datuk Rao.
Soal kematiannya, dibunuh atau bukan, siapa yang membunuh
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
rasanya tidaklah penting Datuk. Jika penitisan terjadi maka Ken
Permata setelah usianya mencapai tahun ke tiga kelak akan memiliki
dasar-dasar ilmu kepandaian tingkat tinggi seperti hawa sakti, tenaga
dalam, tenaga luar dan sebagainya.
Kalau yang masuk ke dalam diri anak itu adalah ilmu hitam,
apakah ada manfaatnya? tanya Datuk Rao Basaluang Ameh.
Ilmu putih ilmu hitam tergantung bagaimana seseorang
mempergunakannya. Sekalipun menguasai ilmu putih tapi jika
digunakan untuk kejahatan maka akan berarti orang itu telah merubah
ilmu putih menjadi ilmu hitam.
Datuk Rao Basaluang merenung beberapa ketika. Dalam hati
orang tua ini membatin.
Tadinya aku mengira dia datang untuk berbaik-baik
membicarakan hubungan di masa lalu. Ternyata membekal sesuatu
maksud yang tidak aku duga. Kalau dia memang ketitipan amanat,
dirinya memang tidak bisa disalahkan. Tapi bagaimana hal ini bisa
terjadi?
Laras, sebelum aku mengizinkan terjadinya penitisan itu, aku
minta waktu untuk lebih dulu menyelidiki siapa Nyi Harum Sarti itu
sebenarnya...
Datuk, mungkin kita tidak punya banyak waktu lagi. Seperti
kataku tadi, penitisan tadi akan terjadi malam ini. Jawab si nenek
cantik bernama Laras Parantili sambil menatap ke langit lepas di atas
danau.
Laras, ketahuilah, kesembuhan penyakit jiwa ibu Ken Permata
yang bernama Nyi Retno Mantili itu adalah jika dia berhasil
menemukan puterinya. Jika sebelum pertemuan si anak sudah
ketitisan roh orang lain, aku kawatir seandainya terjadi pertemuan
mungkin sekali kesembuhan tidak akan terjadi. Nyi Retno Mantili akan
sengsara seumur-umur. Saat ini cucu muridku Pendekar Dua Satu Dua
Wiro Sableng tengah berusaha mencari Nyi Retno Mantili dan
membawanya ke Danau Maninjau ini. Untuk dipertemukan dengan
puterinya.
Datuk, aku mengerti kekawatiran Datuk, jawab Laras Parantili
pula. Namun apakah Datuk juga memikirkan. Kalau penitisan tidak
terlaksana maka akan dua orang yang menderita sengsara yaitu Ken
Permata dan Nyi Retno Mantili.
Aku tidak sependapat denganmu Laras. Sekarang bukankah
lebih baik kita membicarakan soal lain saja...
Laras Parantili tersenyum. Senyum yang membuat Datuk Rao
Basaluang Ameh merasa berbunga-bunga hatinya.
Kalau itu maumu, baiklah Datuk, kata si nenek pula. Lalu dari
balik pakaian kuningnya dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berbalut
kain beludru merah yang telah kusam dan koyak di beberapa sudut
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
pertanda kotak ini sudah agak usang dimakan umur.
Melihat kotak yang dipegang Laras Parantili bercahayalah wajah
Datuk Rao.
Kotak beludru merah. Dia masih menyimpannya. Berarti dia
datang benar-benar karena masih mengingat hubungan kasih sayang
di masa muda. Sekali ini dia tidak akan aku biarkan pergi kemanamana
lagi. Kata Datuk Rao dalam hati. Laras, aku merasa bahagia
kau masih mendambakan diriku...
Namun semua rasa senang bahagia orang tua sakti ini serta
merta sirna ketika Laras Parantili berkata.
Datuk, puluhan tahun aku membawa kotak ini kemana aku
pergi. Kujaga baik-baik, seolah aku membawa nyawaku sendiri. Di
dalamnya masih tersimpan dua cincin kuning terbuat dari batu Giok.
Para tetua kita dulu mengharapkan suatu ketika dua cincin itu akan
saling kita jadikan kalung di leher masing-masing sebagai pertanda
ikatan perjodohan. Namun setelah setengah abad berlalu apa yang
pernah diharapkan tidak pernah terjadi. Aku di timur kau di barat. Aku
di selatan kau di utara. Aku membawanya kali ini dengan penuh
perasaan sedih. Karena aku akan menyerahkan kotak berisi dua cincin
Batu Giok ini padamu. Lebih baik kau yang menyimpannya. Aku harap
kau menjadi maklum, penyerahan dua cincin ini sebagai pertanda
bahwa kita memang tidak saling berjodoh.
Datuk Rao Basaluang Ameh seperti dihenyakkan ke bumi. Langit
seolah runtuh menimpa kepalanya.
Laras, tunggu dulu. Jangan kau berkata begitu. Malam ini
adalah malam berkat Tuhan Yang Maha Besar. Kau datang membawa
sepasang cincin. Bukankah ini berarti bahwa kita memang saling
berjodoh walau harus menunggu sampai setengah abad?
Datuk Rao tidak berani menerima kotak beludru merah.
Datuk, aku senang mendengar kata-katamu. Kalau saja katakata
itu kau ucapkan lima puluh tahun yang lalu. Sebaiknya kau buka
dulu kotak itu. Lihat dan periksa, apakah benar dua cincin Giok kuning
masih ada di dalamnya dan apakah dalam keadaan baik, tidak retak
tidak gumpil?
Aku yakin kau telah menjaga kotak ini baik-baik. Aku percaya
dua buah cincin Giok kuning tidak kurang suatu apa.
Datuk Rao lalu mengambil kotak beludru merah dari tangan
Laras Palantili dan membuka penutupnya. Begitu tutup kotak dibuka
menyemburlah asap kuning pekat berbau busuk. Asap langsung
memasuki jalan pernafasan sang Datuk. Orang sakti ini cepat totok
dua urat besar dipangkal lehernya namun terlambat. Asap beracun
telah melewati tenggorokan dan mengancing dua paru-parunya.
Sebelum jatuh pingsan Datuk Rao Basaluang Ameh keluarkan suara
menggembor lalu roboh ke tepi Danau Maninjau. Mulut lelehkan cairan
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
kuning!
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
TERANG dan hangatnya cahaya mentari pagi menyadarkan Datuk rao
Basaluang Ameh dari pingsannya. Telinganya menangkap suara kicau
burung. Orang tua ini batuk-batuk beberapa kali, muntah-kan cairan
kuning. Terhuyung-huyung dia mencoba bangun. Dua kaki sulit
digerakkan. Akhirnya dia mampu duduk bersila. Pejamkan mata, tarik
dan hembuskan nafas panjang berulang kali. Hawa sakti dialirkan,
tenaga dalam dikerahkan. Ada denyutan rasa sakit di dada. Agaknya
masih ada racun asap kuning yang mengendap dalam tubuhnya.
Orang tua itu duduk bersila luruskan dada. Dua telapak tangan
ditekankan ke tanah. Sesaat kemudian perlahan-lahan tubuhnya
melayang naik ke udara. Pada ketinggian lima belas jengkal dari tanah
tubuh ini berbalik lalu menukik turun, kaki ke atas kepala ke bawah.
Begitu kepala menyentuh tanah Datuk Rao Basaluang menotok
urat besar di dada kiri kanan, pangkal leher serta kedua pelipisnya.
Saat itu juga ada hawa aneh menyedot dari dalam tanah. Inilah cara
orang sakti ini menguras racun yang mendekam dalam tubuhnya.
Selain mengandalkan kemampuan sendiri juga meminjam kekuatan
bumi. Cairan kuning meleleh keluar dari mata, hidung, telinga dan
mulut. Setelah itu tubuhnya melayang naik kembali, membalik di
udara turun dengan kaki lebih dulu.
Orang tua sakti ini telah terlepas dari bahaya besar yakni
lumpuh seumur hidup akibat racun jahat kuning!
Laras Parantili. Tidak kusangka setega ini hati dan perbuatanmu
terhadapku... ucap sang Datuk dalam hati. Dia berdiri dengan lutut
masih terasa goyah, memandang berkeliling. Perempuan itu tak ada
lagi. Lalu dia melihat kotak beludru merah tergeletak di tanah. Cepat
dihampiri dan diperiksa. Kotak ternyata dalam keadaan kosong. Tak
ada dua cincin Giok kuning.
Laras, kau memang tidak membunuhku.Tapi apa yang kau
telah lakukan sama saja membuat aku mati dalam hidupku. Ini lebih
menyakitkan dari kematian sesungguhnya.
Tiba-tiba orang tua itu ingat.
Ken Permata. Anak itu...!
Secepat kilat Datuk Rao menghambur ke arah rumah gadang. Di
langkan depan rumah dia menemukan harimau sakti putih besar
Datuk Rao Bamato Hijau terbaring mendengkur di lantai.
Tidak biasanya Datuk tidur di tempat ini. Sesuatu telah terjadi
dengan dirinya... Datuk Rao cepat memegang kepala binatang itu,
mengusap beberapa kali lalu meniup keningnya. Tiba-tiba harimau
putih menggoreng keras dan melompat bangun. Sepasang matanya
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
yang hijau menatap ke arah Datuk Rao. Sesaat kemudian harimau
putih ini rundukkan kepala sambil menggoreng halus, mencium kaki
Datuk Rao.
Datuk, aku tahu, aku tahu sesuatu telah terjadi. Ada seseorang
menyirapmu, membuat dirimu tertidur tak berdaya. Dan kau mengaku
salah...
Datuk Rao kembali mengusap kepala harimau putih lalu dia
melangkah ke arah sebuah kamar di tengah rumah gadang. Di dalam
kamar dia menemukan Mande Saleha, perempuan yang merawat dan
menjaga Ken Permata terbaring tertelungkup di lantai papan dekat
pintu. Tangan kanannya terjulur seperti hendak menggapai sesuatu.
Ken Permata sendiri, anak perempuan yang biasa tidur dalam
pelukannya tidak ada di dalam kamar itu.Tempat tidur beralas kasur
tinggi dua jengkal kosong.
Datuk Rao tepuk punggung Mande Saleha sampai perempuan
berusia hampir setengah abad ini terbangun. Begitu matanya nyalang,
mulutnya langsung berteriak.
Datuk! Saya mohon ampunmu...
Tenang Saleha. Katakan apa yang terjadi. Kata Datuk Rao
Basaluang Ameh pula. Dimana Ken Permata?
Malam tadi Datuk... jawab Mande Saleha setengah menahan
tangis. Lalu perempuan ini menerangkan. Malam tadi Ken Permata
sudah tidur. Saya masih mengawang-awang, belum bisa memicingkan
mata. Tiba-tiba entah mengapa bulu kuduk saya terasa meremang.
Saya merasakan ada seorang lain dalam kamar. Saya bangun.
Memandang berkeliling. Pandangan saya bertumbuk dengan sosok
seorang perempuan berambut putih. Dia tegak tak bergerak di sudut
sana. Tubuhnya tinggi. Mengenakan baju panjang kuning berbunga
perak. Dia memakai sunting pendek. Ada selendang biru menggelung
di lehernya. Meski takut saya masih mampu bertanya menanyakan
siapa dirinya. Dia tidak menjawab. Tangan kanannya diangkat, dua
jari dituding lurus. Lalu saya melihat ada larikan sinar kuning keluar
dari sela jarinya. Saat itu juga saya menggelinding jatuh dari kasur.
Meski saya masih sadar namun saya tidak bisa bersuara. Sebagian
dari tubuh saya, yang sebelah kiri terasa berat. Lalu perempuan tua
membuka jendela lebar-lebar. Saat itu saya melihat satu cahaya putih
menyilaukan datang dari luar, masuk ke dalam kamar melalui jendela.
Cahaya ini menyelubungi tubuh Ken Permata. Beberapa kali saya lihat
tubuh anak Itu terangkat ke atas. Lalu cahaya putih lenyap seolah
habis diserap masuk oleh Ken Permata. Sebelum jatuh pingsan saya
berusaha mencegah tapi tak berhasil. Selesai memberikan penjelasan
Mande Saleha menangis sejadi-jadinya. Ini kali yang kedua kejadian
seperti ini... katanya di antara tangisnya. (Baca Bayi Satu Suro
dimana Ken Permata diculik oleh Wira Bumi dan Nyai Tumbal Jiwo).
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Saleha, hentikan tangismu. Kalau musibah sudah ditakdirkan
datang, tidak ada yang bisa mencegah. Aku akan mencari anak itu...
Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara anak menangis.
Datuk...Itu suara Ken Permata...Ucap Mande Saleha.
Tidak ditunggu lebih lama Datuk Rao Basaluang Ameh melompat
keluar rumah lewat jendela yang terbuka. Berkelebat ke arah
terdengar suara tangisan anak kecil. Harimau putih besar
mengikuti.Tangisan itu ternyata hanya datang dari dalam goa batu
pualam yang menjadi tempat kediaman sekaligus pertapaan Datuk
Rao. Ken Permata ditemukan duduk tersandar di dinding goa,
menangis menjerit-jerit. Ketika melihat Datuk Rao Basaluang Ameh,
anak ini hentikan tangis. Dua matanya yang bening menatap
memperhatikan si orang tua.
Datuk Rao melihat pancaran aneh keluar dari mata anak
perempuan itu. Juga caranya memandang terasa tidak seperti
biasanya.
Cucuku, kau bermain jauh sekali. Mande Saleha sampar
menangis mencarimu. Mari kita pulang ke rumah gadang. Datuk Rao
dukung Ken Permata, melangkah cepat kembali ke rumah bergonjong
sambil membelai punggung si anak.
Tubuh anak ini ringan sekali. Tidak seperti biasanya... kata
Datuk Rao dalam hati ketika melangkah sambil menggendong Ken
Permata.
Sampai di dalam rumah Ken Permata diberikan pada Mande
Saleha yang menyambut si anakdengan menangis keras tapi kali ini
merupakan tangis bahagia. Sementara Mande Saleha mendukungnya
Datuk Rao Basaluang Ameh memeriksa keadaan Ken Permata. Mulamula
diperiksa bagian punggung dan kepala sebelah belakang. Lalu
diteliti wajahnya serta tangan dan kaki. Tidak ditemui kelainan. Datuk
Rao menyuruh Mande Saleha membaringkan Ken Permata di atas
kasur. Dada diperiksa. Tetap tidak ada hal yang mencurigakan.Tapi
ketika sang datuk menyingkapkan pakaian di bagian perut Ken
Permata disitulah dia melihat tanda biru pada pusar si anak.
Datuk Rao Basaluang Ameh picingkan kedua mata. Menarik
nafas panjang berulang kali. Hatinya membatin.
Titisan telah terjadi. Melewati pusar anak ini. Pusar adalah
lambang pintu yang senantiasa tertutup. Kalau ada yang mampu
membuka maka itu akan terjadi sekali seumur hidup. Berarti aku, atau
siapapun tidak bisa mengeluarkan roh dari mahluk yang telah menitis
masuk ke dalam tubuh anak ini. Ya Tuhan, ya Robbi. Yang buruk
selalu datang dari kami manusia jelata. Yang baik selalu datang dari
diriMu. Berilah semua kebaikan pada diri anak ini. Lindungilah dia
dalam segala usia, pada segala tempat dan pada setiap kurun waktu.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
BEBERAPA minggu setelah peristiwa di Pulau Menjangan Kecil. Pada
masa itu dunia perdagangan antara pulau Jawa dan Pulau Andalas
mengalami kemajuan pesat. Tidak mengherankan kalau Selat Sunda
setiap hari siang maupun malam dilayari oleh perahu-perahu dagang
besar membawa berbagai macam barang dagangan dan bahan
mentah termasuk rempah-rempah. Beberapa negeri asing ikut
meramaikan perdagangan dengan mengirim perahu-perahu layar
besar. Kota-kota pelabuhan di pesisir utara pulau Jawa dan pesisir
selatan pulau Andalas berkembang menjadi pelabuhan besar dan
penting. Kehidupan rakyat yang dulunya hanya bertani maupun jadi
nelayan kini banyak yang membuka usaha, ikut berdagang. Tingkat
kehidupan penduduk menjadi jauh lebih baik dari pada yang sudahsudah.
Namun keadaan itu berubah ketika jalur lintas pelayaran Selat
Sunda diganggu oleh kaum perompak atau bajak laut. Dengan perahuperahu
layar kecil berkecepatan tinggi mereka menghadang kapalkapal
dagang, mengeroyok dan menjarahnya di tengah lautan. Konon
para perompak memiliki senjata api berupa bedil yang mereka rampas
dari orang-orang Portugis. Beberapa waktu sebelumnya memang
terjadi kejahatan di tengah laut. Namun tidak sesering dan sehebat
belakangan ini. Kabarnya para perompak yang mencari mangsa di
kawasan Selat Sunda itu dilakukan oleh komplotan besar. Dan yang
membuat seluruh kawasan menjadi geger konon mereka memiliki
pimpinan baru seorang perempuan yang dikenal dengan panggilan
Janda pulau Cingkuk. Sejak perempuan yang kabarnya memiliki ilmu
silat serta kesaktian tinggi dan disebut Janda pulau Cingkuk itu
menjadi pimpinan kaum perompak walau kejahatan mereka tambah
merajalela namun jarang sekali ada korban yang terbunuh. Paling
banyak hanya terluka, itupun tidak parah.
Akibat dari terjadinya penjarahan di tengah laut yang tidak
berkeputusan ini arus pelayaran kapal dagang di Selat Sunda hari
demi hari jadi jauh berkurang. Perdagangan merosot jatuh. Yang
paling dirugikan bukan saja para pedagang dan pemilik kapal layar
tapi juga penduduk di sepanjang pesisir utara pulau Jawa sebelah
barat dan pesisir selatan pulau Andalas yang selama ini mencari
tambahan mata pencaharian dari ramainya perdagangan antar pulau
dan antar negeri itu.
Sepak terjang para perompak yang dipimpin oleh janda Pulau
Cingkuk itu akhirnya sampai ke pusat Kesultanan Banten. Banten yang
punya hubungan dagang berupa jual beli lada dengan para petani dan
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
pedagang di pulau Andalas sebelah selatan menderita kerugian paling
besar karena belasan kapal-kapal dagang Kerajaan yang membawa
lada dirompak di tengah laut.
Sultan memanggil para pembantunya. Dicari jalan bagaimana
cara untuk dapat menumpas para perompak. Diputuskan, sebelum
tindakan diambil perlu dilakukan penyelidikan rahasia tentang
kekuatan lawan. Siapa saja pimpinan mereka selain Janda Pulau
Cingkuk serta dimana pusat persembunyian mereka. Sekitar dua belas
orang berkepandaian tinggi disebar sebagai mata-mata, menyamar
melakukan tugas itu.
Dari dua belas orang yang berangkat hanya delapan yang
kembali. Yang empat orang tidak diketahui kemana raibnya atau apa
yang terjadi dengan diri mereka;
Berdasarkan penuturan delapan orang yang kembali menghadap
Sultan Banten didapat keterangan bahwa para perompak bermarkas di
sebuah pulau kecil yang oleh para nelayan disebut Pulau Cingkuk.
Jumlah mereka sekitar dua belas orang. Kecuali Janda Pulau Cingkuk
tidak terdapat seorang perempuan pun di pulau itu. Ada dugaan
bahwa para perompak yang tentunya mempunyai anak istri itu
mempunyai pemukiman rahasia di pulau lain dekat Pulau Cingkuk
dimana keluarga mereka tinggal. Sebelum para perompak bermukim
di sana, tentunya pulau itu hanya dihuni ratusan kera berbulu coklat.
Para nelayan yang jarang berhenti di pulau itu menyebut kera-kera itu
dengan nama cingkuk karena sepanjang hari binatang-binatang itu
selalu mengeluarkan suara riuh kuk...kuk...kuk. Sejak itu pulau
tersebut dikenal dengan nama Pulau Cingkuk.
Letak Pulau Cingkuk agak tersembunyi di antara gugusan pulaupulau
kecil di Selat Sunda, tepatnya di selatan Pulau Rakata Kecil dan
di utara Pulau Rakata Besar. Menurut para mata-mata bilamana
Kesultanan Banten mengirim pasukan besar untuk menumpas kaum
perompak kemungkinan mereka akan terjebak. Karena waktu mereka
lewat akan sangat mudah menjadi bulan-bulanan serangan. Apa lagi
kalau para perompak memang benar memiliki senjata yang bisa
berdentam dan mampu membunuh dari jarak jauh yaitu yang disebut
bedil atau senapan. Korban yang jatuh diantara kedua belah pihak
akan-berjumlah besar.
Mengenai pemimpin yang bernama Janda Pulau Cingkuk
diketahui dia seorang perempuan bertubuh tinggi semampai,
berpakaian serba merah. Kepala sampai ke rambut ditutup selendang
merah, wajah dilindungi cadar merah. Sebegitu jauh tidak ada
seorangpun anak buahnya yang tahu siapa nama perempuan Ku
sebenarnya. Juga tidak pernah ada yang melihat wajahnya. Namun
dari gerak gerik, bentuk tubuh serta suaranya agaknya dia masih
sangat muda dan kemungkinan sekali memiliki wajah cantik.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Diberitahukan pula bahwa perempuan itu selain punya ilmu silat dan
kesaktian serta gerakan cepat laksana kilat hingga dianggap bisa
menghilang, dia juga memiliki sebilah pedang sakti berwarna hijau
yang disebut Pedang Lumut Batu. Menurut cerita ketika pertama kali
menundukkan Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda yang menjadi
pimpinan kaum perompak, Janda Pulau Cingkuk pergunakan pedang
sakti dan berhasil mengalahkan pimpinan bajak laut itu bersama
hampir dua ratus anak buahnya. Dalam pertempuran hebat tidak ada
lawan yang terbunuh sementara Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda
hanya tergores luka lengan kirinya. Menyadari kehebatan perempuan
itu yang kalau mau bisa membunuhnya, Hang Damar Hantu Laut Selat
Sunda yang telah berusia enam puluh lima tahun menyatakan
menyerah dan tunduk tanpa ada rasa dendam sama sekali. Dia
merasa memang sudah saatnya kedudukan sebagai kepala bajak laut
digantikan oleh orang lain yang lebih muda dan berkepandaian tinggi.
Hanya saja Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda tidak pernah
menyangka kalau penggantinya adalah seorang perempuan penuh
misteri.
Sejak Janda Pulau Cingkuk memegang tampuk pimpinan
gerombolan bajak laut terjadi banyak perubahan pada diri para
perompak. Mereka yang tadinya bertampang sangar memelihara
kumis lebat dan cambang bawuk lebat serta berambut gondrong, kini
rata-rata berwajah klimis. Cara bicara dan sikap mereka yang selama
ini kasar kini tampak sopan dan lembut. Selain itu mereka sekarang
lebih suka mengenakan pakaian putih-putih dari pada pakaian serba
hitam. Ikat kepala kain merah diganti dengan daster atau belangkon
bahkan banyak yang memakai peci hitam.
Terbetik pula berita bahwa sebagian besar hasil rampokan di
tengah laut ternyata disumbangkan kepada ratusan penduduk miskin
di berbagai tempat dalam bentuk uang serta makanan. Yang paling
banyak menerima sumbangan tersebut adalah penduduk di bagian
selatan Pulau Andalas dan bagian Pulau Jawa terutama rakyat Banten.
Janda Pulau Cingkuk, kata Sultan pula menyebut nama
pimpinan bajak laut yang malang melintang di Selat Sunda itu.
Perempuan yang penuh rahasia. Dia menjadi kepala gerombolan
bajak laut. Namun dibaiik kejahatannya dia berbuat kebaikan. Ini
seperti cerita seribu satu malam. Dia banyak membantu rakyat miskin
termasuk rakyat Banten. Kita tidak bisa mengambil tindakan
sembarangan atas dirinya. Tapi bagaimanapun kejahatan harus
dihentikan...
Sultan mengusap dagu, merenung sejenak lalu bertanya pada
delapan orang yang duduk di hadapannya. Ada diantara kalian yang
mengetahui siapa dan berasal dari mana perempuan bernama Janda
Pulau Cingkuk itu adanya? Dia tidak mungkin muncul secara tiba-tiba.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Tidak ada yang menjawab karena memang tidak ada yang tahu.
Ada yang pernah melihat wajahnya? tanya Sultan lagi.
Delapan orang yang ditanya gelengkan kepala.
Sultan Banten tersenyum seolah saat itu yang dibicarakan
bukanlah satu masalah besar, satu komplotan rampok beranggota
ratusan orang, yang telah menjarah puluhan kapal pedagang milik
Kesultanan Banten dan membuat Kerajaan kehilangan hasil
perdagangan lada dengan daerah di kawasan selatan Pulau Andalas.
Baiklah, pertemuan aku nyatakan selesai. Kata Sultan Banten
pula. Kalian semua boleh pergi dan beristirahat disertai ucapan terima
kasihku. Ramanda Maulana Yusuf, harap Ramanda tetap di sini dulu.
Ada yang akan saya bicarakan.
Setelah delapan orang itu pergi, sultan Banten berpaling pada
Maulana Yusuf, seorang tua arif bijaksana berusia tujuh puluh tahun
yang selama ini menjadi penasehat Sultan. Dalam banyak hal Suitan
memperlakukan orang tua ini sebagai ayahnya sendiri.
Ramanda, mendengar semua keterangan orang kita tadi, saya
tidak akan menempuh jalan kekerasan. Saya merasa ada sesuatu
dibalik semua kejahatan yang terjadi. Terutama sejak perempuan
bernama Janda Pulau Cingkuk itu menjadi pimpinan kaum perompak.
Sri Paduka Sultan telah mengambil sikap sangat bijaksana.
Saya sangat mengharap agar jangan sampai terjadi pertumpahan
darah atau jatuh korban, ucap Maulana Yusuf. Mungkin kita bisa
mengundang Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda untuk datang kesini
dan bicara mewakili pimpinannya. Saya cukup kenal dirinya sebelum
dia jadi kepala perompak.
Itu rencana bagus. Tapi kalau Ramanda setuju saya ada
rencana lain, kata sultan Banten pula.
Kalau saya diberi tahu dan jika saya diberi kepercayaan saya
bersedia menjalankan rencana itu.
Saya belum akan memberi tahu sebelum menerima petunjuk
serta keredohan Allah Yang Maha Kuasa. Malam ini saya akan
melakukan tirakat. Sholat tahajud, berzikir dan berdoa. Mudahmudahan
Tuhan memberi petunjuk. Menjelang pagi tunggu saya di
halaman mesjid kecil.
MALAM itu kawasan Istana Kesultanan Banten diselimuti
kesunyian. Di luar tembok Istana hanya ada beberapa perajurit yang
meronda sementara di dalam istana tidak ada satu orang pengawalpun
kelihatan bertugas. Ini satu pertanda betapa tingginya tingkat
keamanan di Kotaraja dan sekitarnya, sekaligus merupakan petunjuk
bahwa Kesultanan Banten berada dalam keadaan damai tenteram dan
Sang Raja yang tahu bagaimana rakyat mencintai dirinya tidak merasa
kawatirakan keselamatannya.
Di dalam kawasan tembok Istana terdapat sebuah mesjid kecil.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Disitulah setiap saat Sultan Banten melakukan sholat lima waktu,
berdoa dan berzikir serta melaksanakan sembahyang sunat lainnya.
Acap kali pula Sultan mengajak permaisuri dan putera puterinya
sembahyang bersama berjamaah. Di mesjid itu pula Sultan Banten
sering mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa, terutama pada
saat-saat Sultan membutuhkan petunjuk atas setiap rencana yang
akan dilakukannya.
Sementara Sultan Banten masih berada dalam mesjid, di
halaman dibawah kerindangan satu pohon besar, di atas sehelai tikar
putih, Maulana Yusuf dengan sabar menunggu Sultan menyelesaikan
permohonannya pada Yang Maha Kuasa untuk dberikan petunjuk
dalam menghadapi komplotan perampok pimpinan Janda Pulau
Cingkuk.
Bertepatan dengan kokok ayam jantan pertama pertanda hari
telah pagi dan fajar tak lama lagi segera akan menyingsing, Maulana
Yusuf melihat Sultan keluar dari mesjid kecil. Orang tua ini segera
berdiri, menggulung tikar lalu melangkah menemui Sultan.
Ah, Ramanda tentu sudah sangat lama menunggu saya, Sultan
Banten menyapa lebih dulu.
Apakah Sri Paduka Sultan sudah mendapatkan petunjuk dari
Allah Yang Maha Pengasih? Maulana Yusuf langsung ajukan
pertanyaan.
Sultan pegang bahu orang tua itu lalu berkata.
Tolong Ramanda panggilkan pangeran Aji Triyasa.
Pangeran Aji Triyasa? Maulana Yusuf mengulang nama itu.
Sultan mengangguk.
Pergilah, saya menunggu di sini. Kalau dia datang kita bicara di
dalam mesjid.
Walau merasa heran karena tidak bisa menduga apa hubungan
sang pangeran Aji Triyasa dengan persoalan yang tengah dihadapi
namun si orang tua melakukan apa yang dikatakan Sultan.
Aji Triyasa adalah putera adik lelaki Sultan, berarti dia adalah
keponakan Sultan. Usianya baru dua puluh dua tahun. Selain bertubuh
tegap perkasa dan berwajah tampan dia memiliki ilmu silat dan
kesaktian tinggi karena konon selama dua belas tahun digembleng
oleh seorang kiai sakti di puncak Gunung Karang dalam berbagai ilmu
termasuk ilmu keagamaan. Sejak kecil Aji Triyasa lebih dekat dengan
Suitan dari pada ayah kandungnya. Kepada Sultan pemuda itu sangat
hormat dan patuh. Gagah tampan, memiliki ilmu silat dan kesaktian
tinggi, mendalami ilmu agama serta budi pekerti baik membuat Sultan
memiliki rasa sayang yang berlebihan atas diri keponakannya itu.
Kegagahan Pangeran yang dekat dengan rakyat ini konon telah
tersiar ke berbagai penjuru hingga menjadi kerinduan banyak gadis
yang ingin melihat diri dan menatap langsung wajahnya. Yang merasa
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
cantik apa lagi puteri bangsawan atau pejabat Kesultanan tentu saja
berharap bisa menambat hati sang pangeran dan membawanya ke
pelaminan. Sebegitu jauh Pangeran AjiTriyasa belum diketahui telah
memiliki seorang gadis yang menjadi pilihan buah hatinya.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
ENAM orang perompak yang masing-masing berlindung di balik
kelebatan pohon bakau di dua pulau kecil mengapit arus laut jalan
masuk menuju Pulau Cingkuk menatap dengan mata besar tak
berkesip ke arah sebuah perahu yang tengah meluncur perlahan di
atas permukaan air laut.
Sang penumpang duduk di sebelah belakang perahu, di atas
bangku yang menyatu dengan badan perahu. Orang itu ternyata
adalah pemuda berambut panjang sekuping, mengenakan blangkon
biru. Kepala merunduk, dada serta bahu terlihat bidang dan kokoh.
Saat itu pemuda yang mengenakan baju lengan panjang dan celana
putih-putih sederhana itu tengah asyik membaca kitab keagamaan
bertuliskan huruf Arab gundul berjudul Kasih Allah Sepanjang Zaman,
Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalan. Gaya
sikap pemuda itu seperti seseorang yang tengah pesiar berjalan-jalan.
Pemandangan laut di kawasan itu memang indah dengan beberapa
pulau kedi bertebaran dimana-mana. Sesekali sekawanan burung
terbang melayang rendah di atas permukaan air laut lalu naik
membumbung ke udara.
Apakah si pemuda tidak menyadari kalau saat itu dia berada di
kawasan sarang kediaman Janda Pulau Cingkuk, pimpinan bajak laut
Selat Sunda yang ditakuti?
Demikian asyiknya pemuda ini membaca kitab hingga dia tidak
sadar kalau perahu akan melewati dua pulau kecil apitan menuju
Pulau Cingkuk. Dia juga unjukkan sikap tenang ketika ada suara suitan
bersahutan lalu menyusul suara bentakan menggeledek.
Orang di atas perahu! Hentikan perahu! Berputar balik!
Tinggalkan kawasan ini!
Si pemuda angkat kepala, menatap ke pulau sebelah kanan dari
mana tadi datangnya suara membentak. Dia mendengar bentakan
namun tidak melihat siapa-siapa. Maka enak saja dia meneruskan
menikmati bacaannya.
Kami sudah memperingatkan! Kau berpura tuli! Terima
nasibmu! Kembali terdengar orang membentak. Kali ini diikuti gelegar
suara letusan!
Perahu kecil yang ditumpangi pemuda berblangkon biru
bergoncang. Namun dengan sentuhan ringan tangan kiri si pemuda
pada pinggiran kiri, perahu itu kembali mengapung tenang.
Suara apa itu? Baru sekali ini aku mendengar.
Ucap si pemuda dalam hati. Dia memandang ke pulau kecil di
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
kiri kanan. Kali ini matanya segera melihat orang-orang yang
berlindung di balik semak belukar dan pohon bakau. Pemuda itu
memandang ke lantai perahu ketika merasa dua kakinya yang
mengenakan kasut kulit sapi basah dan dingin. Ternyata air laut sudah
memenuhi lantai perahu, menggenang sampai ke mata kaki. Pemuda
itu membungkuk memperhatikan. Dia melihat ada sebuah lobang
sebesar lingkaran jari telunjuk dan ibu jari tangan pada dinding perahu
sebelah depan sekitar setengah jengkal di atas lantai perahu. Dari
lobang itulah air laut mengucur masuk.
Bunyi letusan dan lobang di perahu. Apakah ada
hubungannya? Pemuda itu berpikir. Lalu dengan tangan kiri dia
mematahkan ujung kayu yang ada di bagian depan atas perahu yang
di pahat begitu rupa seperti kepala kerbau. Sekali tangan kirinya
meremas maka kayu yang keras itu menjadi bongkahan lunak, mudah
dibentuk seolah berubah menjadi lilin. Oleh si pemuda bongkahan
kayu disumbatkan ke dalam lobang hingga air laut berhenti mengucur
masuk.
Aman sekarang, kata si pemuda. Dia kembali duduk di bagian
belakang perahu. Kitab dibuka lalu kembali membaca. Belum lama
membaca mendadak empat buah perahu masing-masing ditumpangi
tiga orang lelaki berpakaian serba putih telah menghadang.
Salah satu dari dua belas orang itu menahan bagian depan
perahu si pemuda dengan kaki kiri sementara yang lain-lain tegak
menghunus golok, enam orang menarik gendewa siap
menghamburkan panah dan seorang lagi tegak sambil mengarahkan
moncong sebuah besi panjang bergagang kayu yang bukan lain adalah
sepucuk bedil.
Pemuda di atas perahu perhatikan kedua belas orang itu. Tidak
seorangpun diantara mereka memiliki wajah angker. Juga tidak ada
yang memelihara cambang bawuk dan rambut panjang. Kebanyakan
dari mereka mengenakan pakaian putih gunting Cina serta kopiah
hitam.
Eh, apakah mereka ini bajak laut perompak anak buah Janda
Pulau Cingkuk? Aneh! Tidak satupun dari mereka berwajah seram. Si
pemuda berkata dalam hati. Saat itu kitab yang tadi dibaca sudah
dilipat dan dikempit di ketiak kanan.
Lelaki yang memegang bedil di atas perahu terdepan arahkan
mulut senjatanya ke dada si pemuda.
Kami sudah memerintahkan agar kau meninggalkan kawasan
ini! Mengapa berpura tuli!
Ki sanak, mohon dimaafkan. Saya datang ke sini tidak
membawa maksud buruk. Tadi mungkin saya terlalu asyik membaca.
Beberapa orang memperhatikan bagian bawah perahu yang
telah disumbat sambil berpikir-pikir dengan apa dan bagaimana
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
pemuda itu mampu menyumbat perahu yang bolong.
Lelaki memegang bedil memberi tanda pada kawan-kawannya.
Perahu bergerak lebih mendekati perahu si pemuda hingga kini ujung
bedil bisa ditempelkan ke dada kiri si pemuda, tepat di arah jantung.
Anak muda, aku dan kawan-kawan tidak perduli apa maksud
kedatanganmu ke sini. Kau sudah mendengar apa perintah kami. Ini
kawasan terlarang bagi siapa saja. Putar perahumu, tinggalkan tempat
ini. Atau aku akan membuat satu lobang besar di dadamu! jari
telunjuk orang yang memegang pemicu bedil bergerak-gerak turun
naik, siap melepaskan tembakan.
Ki sanak harap mau bersabar dulu. Saya akan terangkan
maksud kedatanganku ke sini! Kata si pemuda dengan suara perlahan
dan sikap tenang.
Kami tidak perlu keteranganmu! Lelaki di perahu sebelah
kanan membentak. Jagran! Lekas kau tembak saja! Tunggu apa lagi?!
Atau aku akan suruh teman-teman menembus tubuhnya dengan enam
anak panah sekaligus. Pemuda ini bicara manis tapi aku tahu dia
sangat berbahaya! Jagran adalah orang yang memegang bedil.
Agaknya dia yang jadi pimpinan diantara rombongan orang-orang itu.
Tidak peduli apa yang diucapkan orang si pemuda mengambil
kitab yang ada dikempitan tangan kanan, membuka lalu mengambil
secarik lipatan kertas yang ada di salah satu bagian kitab.
Saya datang membawa surat untuk disampaikan pada seorang
paman bernama Barat Sanjaya. Beliau tinggal di Pulau Cingkuk. Paling
tidak beliau ada di kawasan ini.
Jagran berpaling ke arah kawan-kawannya yang sebelas orang.
Semua menggelengkan kepala.
Tidak ada yang bernama Barat Sanjaya di Pulau Cingkuk! Jangan
mengarang cerita! Lekas putar perahumu atau kutembak sekarang
juga.
Ki sanak, saya yakin kau pasti mampu membunuh saya. Apa
lagi dengan senjata berbentuk aneh yang mampu mengeluarkan suara
keras berdentam itu. Sambil berkata si pemuda usap-usap besi bedil
dengan tangan kiri. Saya tidak percaya tidak ada yang bernama Barat
Sanjaya di Pulau Cingkuk. Kata mereka yang pernah melihat,
orangnya tinggi besar, dulu memelihara rambut sepinggang, dijalin
dan digulung di atas kepala. Memelihara cambang bawuk meranggas
serta berkumis lebat melintang. Memiliki sepasang mata besar dan
merah. Kesukaannya selalu bertelanjang dada. Dada penuh otot dan
berbulu. Di bagian kiri dada ada jarahan gambar tengkorak dengan
tulang bersilang. Si pemuda diam sebentar, memperhatikan wajah
dua belas orang disekitamya. Dia dapat melihat perubahan pada wajah
orang-orang itu. Malah secara sembunyi-sembunyi ada yang saling
berbisik. Nah, apakah orang dengan ciri-ciri seperti yang saya
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
katakan itu benar-benar tidak ada di Pulau Cingkuk?
Dua belas orang termasuk Jagran tidak menjawab, tidak
bersuara.
Jika semua ki sanak di sini tidak ada yang kenal dengan Barat
Sanjaya baiklah, saya akan memberi tahu. Orang itu juga dikenal
dengan nama Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda.
Semua kepala tertegak. Semua mata membesar.
Anak muda, kau ini siapa sebenarnya?! tanya Jagran masih
dengan suara keras membentak.
Saya hanya seorang santri yang bodoh dari kesultanan Banten.
Jika kalian tidak mengizinkan saya menemui paman Barat Sanjaya
atau Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda tidak jadi apa. Tapi tolong
sampaikan surat ini pada beliau. Jika beliau nanti mencari saya,
katakan bahwa saya sudah pergi sesuai dengan perintah ki sanak di
sini.
Sehabis berkata begitu pemuda berpakaian putih berblangkon
biru ulurkan lipatan kertas pada Jagran seraya berkata Jangan lupa
mengatakan pada paman Barat Sanjaya atau Hang Damar Hantu Laut
Selat Sunda. Surat ini datang dari Panembahan Maulana Yusuf, orang
tua di Kesultanan Banten yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri
oleh paman Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda.
Mendengar ucapan si pemuda semua orang terutama Jagran
yang memegang bedil jadi terkejut dan berubah wajahnya. Ada
bayangan rasa takut.
Anak muda, aku akan ambil surat ini dan serahkan pada
pimpinan kami. Tapi kau jangan kemana-mana. Tunggu di sini. Aku
akan memberi tahu kedatanganmu pada Hang Damar Hantu Laut Selat
Sunda. Kami tidak tahu kalau nama sebenarnya Hang Damar adalah
Barat Sanjaya.
Jagran dan dua temannya satu perahu segera tinggalkan tempat
sementara sembilan orang di atas tiga perahu tetap berada di tempat
itu, di atas perahu masing-masing. Sikap mereka tidak lagi garang dan
penuh curiga. Golok sudah diselipkan di pinggang. Busur digantung di
bahu dan anak panah dimasukkan ke dalam sarangnya.
Tak selang berapa lama Jagran dan tiga kawannya muncul. Dia
atas perahu kini, disebelah depan berdiri seorang lelaki tinggi besar
bertelanjang dada penuh bulu, hanya mengenakan celana putih dan
sabuk kulit hitam besar. Dua tangan dirangkap di depan dada.
Sepuluh jari tangan berwarna hitam sampai ke ujung kuku. Pada dada
kiri ada jarahan berupa tengkorak bersilang dua tulang. Sepasang
mata menatap lurus ke depan. Rambut panjang dijalin dan disusun di
atas kepala. Kumis tebal melintang, dagu tertutup janggut tipis rapi,
tidak memelihara berewok atau cambang bawuk. Melihat raut wajah
usianya sudah cukup lanjut, sekitar enam puluh lima tahun.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Kurang satu tombak dari perahu orang ini tiba-tiba melesat. Di
lain saat dia telah berdiri di bagian depan perahu yang ditumpangi
pemuda berblangkon biru. Walau tubuhnya besar namun ketika
kakinya menginjak lantai perahu, perahu kayu kecil itu sama sekali
tidak bergoyang, air laut tidak bergelombang!
Sungguh dia memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat!
Begitu berhadapan dengan orang tinggi besar ini pemuda
berblangkon biru segera menunduk dan memberi salam.
Paman Hang Damar yang juga saya kenal dengan nama Barat
Sanjaya, salam sejahtera untukmu. Assalam'mualaikum...
Si tinggi besar bertelanjang dada penuh bulu sesaat terdiam.
Sudah lama sekali dia tidakdisalaml orang seperti itu. Kalau
sebelumnya ada rasa tidak senang pada pemuda itu kini perasaan itu
jadi mengendur. Setelah menyahuti salam Aji Triyasa, Hang Damar
Hantu Laut Selat Sunda bertanya.
Anak muda, apakah kau yang membawa surat ini? Suara si
tinggi besar ini keras dan serak tapi tidak menunjukkan keberangasan.
Benar sekali Paman, jawab si pemuda.
Dipanggil paman untuk kedua kalinya Hang Damar Hantu Laut
Selat Sunda tersenyum
Saya mohon maaf kalau kedatangan saya telah mengganggu
ketenangan dan ketentraman paman.
Kau sendiri apa hubunganmu dengan Panembahan Maulana
Yusuf?
Saya hanya seorang santri. Jawab si pemuda pula.
Santri? Dua alis Hang Damar naik ke atas.Anak buahku
memberi tahu kau mampu menambal lobang besar di dinding perahu
dengan menghancurkan kayu perahu, apakah ilmu kepandaian seperti
itu diajarkan pada para santri di Banten?
Mohon maaf paman. Saat itu memang saya takut sekali. Tetapi
Allah menolong saya. Saya tidak sadar telah melakukan apa karena
setengah mati takut tenggelam.
Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda tatap sepasang mata si
anak muda, tersenyum lalu membuka lipatan surat yang dibawanya,
membacanya sekali lagi dan berkata.
Dalam surat ini, kakakku Panembahan Maulana Yusuf memang
tidak mengatakan siapa dirimu. Dia hanya bilang agar aku bisa
mempertemukanmu dengan pimpinan kami. Janda Pulau Cingkuk.
Sekarang katakan siapa kau sebenarnya?
Paman, maaf kalau saya menolak menjawab. Tapi saya akan
mengatakan siapa saya hanya kepada pimpinan paman.
Hang Damar perhatikan si pemuda mulai dari blangkon sampai
ke ujung kaki yang tersembunyi di balik genangan air laut di lantai
perahu. Dalam hati bekas pimpinan perompak ini membatin.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Sikapnya memang sikap seorang santri. Sopan bersahaja.
Sepasang tangannya halus seperti tangan perempuan. Wajah bersih
seperti paras seorang gadis. Namun dibalik semua ini aku merasa ada
satu kekuatan dahsyat dalam tubuhnya. Aku pernah satu kali melihat
wajah Sultan Banten yang gagah dan cakap. Jangan-jangan...
Paman, apakah saya diperkenankan menemui pimpinan?
Bertanya si pemuda.
Hang Damar menyeringai, lalu tertawa. Makin lama tawanya
makin keras hingga perahu bergoncang keras, air laut mendadak
membuntal. Hampir tidak kelihatan telapak tangan kirinya menekan ke
bawah ke arah air laut. Tiba-tiba dari bawah air laut bergulung
gelombang besar. Saat itu juga perahu dimana kedua orang itu berada
melesat terpental ke udara!
Jagran dan anak buahnya berseru kaget menyaksikan apa yang
terjadi kemudian. Perahu yang mental ke udara terbelah dua lalu jatuh
kembali ke dalam laut. Pada salah satu belahan perahu tegak berdiri
Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda. Sementara pemuda berblangkon
biru tidak kelihatan, tapi tampak ada tangan kiri yang mencuat ke atas
permukaan laut memegang kitab.Tak lama kemudian muncul kepala si
pemuda, megap-megap berusaha berenang mencapai belahan perahu
kedua.
Tolong! Tolong! Saya tidak dapat berenang...
Hang Damar berteriak memberi perintah pada anak buahnya
agar segera menolong si pemuda. Maka empat orang terjun ke laut
dan menaikkan pemuda yang telah kehilangan blangkonnya itu ke atas
perahu. Sekujur tubuh dan pakaian basah kuyup. Hanya kitab
bertuliskan huruf Arab gundul Kasih Allah Sepanjang Zaman, Kasih
Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalan. Yang masih
berada dalam keadaan kering.
Hang Damar tersenyum. Dalam hati dia membatin. Aku tadi
menjajalnya. Dia memperlihatkan diri seperti tidak punya ilmu
kepandaian. Atau mungkin dia cerdik bersandiwara. Aku menaruh
curiga anak muda itu memiliki ilmu lebih tinggi dari yang aku punya.
Mungkin dia berbahaya, mungkin juga tidak. Kalau bukan Panembahan
Maulana Yusuf yang mengirim sudah kuremukkan tubuhnya. Sebelum
dia menghadap pimpinan, aku harus memberi salinan pakaian
padanya. Lalu sewaktu dia menghadap pimpinan aku harus
mengawasinya.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA mendarat di Pulau Cingkuk pemuda yang mengaku santri dari
Kesultanan Banten itu melihat hampir seluruh tepian pantai berada
dalam keadaan terbuka dan gersang. Tak ada semak belukar tak ada
deretan pohon kelapa. Di tempat-tempat tertentu dia melihat
gundukan-gundukan batu dan di belakang setiap gundukan terdapat
lobang setinggi bahu manusia. Di situ tempat terdapat satu bangunan
tinggi terbuat dari bambu. Agaknya semua keadaan ini telah
dipersiapkan jika sewaktu-waktu ada serangan.
Sampai saat itu dua belas orang yang tadi naik. perahu masih
terus melakukan pengawalan atas diri si pemuda. Sang paman Hang
Damar Hantu Laut Selat Sunda membawanya ke sebuah goa. Di sini
dia diberi pakaian bersih warna biru pengganti pakaian yang basah. Di
dalam goa ini si pemuda melihat banyak sekali senjata. Mulai dari
pisau dan golok serta pedang, sampai pada busur panah biasa dan
panah api. Lalu ada pula senjata yang bisa meletus yang disebut bedil
itu. Jumlahnya sekitar dua puluh pucuk.
Setelah berganti pakaian Hang Damar minta si pemuda
mengikuti mendaki sebuah bukit kecil. Dua belas orang anggota
perompak tidak lagi mengawal. Mereka menyebar ke berbagai arah.
Ketika mencapai puncak bukit matahari telah menggelincir ke
barat pertanda siang mulai memasuki petang. Memperhatikan ke
depan si pemuda hampir tak percaya dengan penglihatannya. Bagian
bukit yang membentang di hadapannya merupakan satu pedataran
rumput. Sejarak tiga puluh langkah dari tempatnya berdiri
menghampar satu kebun bunga ditumbuhi berbagai macam bunga
yang saat itu sedang berkembang mekar. Lalu banyak pohon buahbuahan
yang tumbuh berselang seling dan ditata rapi. Dikelilingi oleh
taman bunga itu terdapat sebuah mesjid kecil lengkap dengan menara
perak yang diatasnya terpancang bulan sabit yang juga terbuat dari
perak berkilat.
Kalau ini adalah sarangnya bajak laut Pulau Cingkuk maka
sungguh diluar dugaan. Ada taman...ada pohon bebuahan, ada
mesjid... Si pemuda berkata dalam hati.
Hang Damar pegang bahu anak muda yang tegak terkagumkagum.
Santri muda, katanya. Saat ini sholat zuhur sudah datang.
Pergilah sembahyang di mesjid kecil itu. Selesai sholat pergilah ke
pohon cemara laut yang tumbuh lima berderet di sebelah timur sana.
Jika pimpinan bersedia menemuimu dia akan mendatangimu di tempat
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
itu. Jika tidak maka kau harus segera meninggalkan pulau ini.
Paman, terima kasih. Sejak kedatangan saya kau telah banyak
menolong. Juga terima kasih saya diperkenankan boleh
bersembahyang di mesjid yang bagus itu.
Mesjid adalah rumah Tuhan. Siapa saja boleh melakukan ibadat
di sana. Habis berkata begitu Hang Damar yang bertelanjang dada
segera memutar tubuh. Dua kali kakinya melangkah maka dia telah
berada jauh di arah bukit sebelah selatan.
Si pemuda geleng-geleng kepala.
Kalau semua penjahat seperti dia rasanya dunia ini akan amanaman
saja... Seperti yang dipesankan Hang Damar, selesai
menunaikan sholat zuhur santri muda dari Kesultanan Banten itu
segera menuju bukit sebelah timur dimana tumbuh berderet lima
pohon cemara laut. Di tempat itu udara terasa sejuk karena angin
bertiup sepoi-sepoi basah. Sementara menunggu si pemuda
melangkah mundar mandir di samping lima pohon cemara. Setiap dia
melangkah di samping pohon cemara sebelah tengah kakinya terasa
menginjak tanah yang bagian bawahnya kosong.
Ada rongga, mungkin juga lobang besar di bawah tanah ini,
pikir si pemuda. Dia memperhatikan berkeliling. Di samping kanan
deretan lima pohon cemara tumbuh subur pohon kembang berbentuk
terompet berwarna kuning. Selain bentuknya yang indah kembang itu
menebar bau harum semerbak. Tiba-tiba pandangan matanya melihat
ada satu batu hitam menonjol di bagian bawah pohon bunga terompet.
Aneh, batu itu kelihatan bersih. Sepertinya sering disentuh...
Karena ingin tahu si pemuda melangkah mendekati. Saat itulah
bahunya dipegang orang. Ketika dia tersentak kaget dan berbalik,
yang memegang ternyata adalah sang paman, Hang Damar Hantu
Laut Selat Sunda.
Ah, paman kiranya. Apakah...
Kau beruntung. Pimpinan bersedia menemuimu. Sebentar lagi
dia datang. Kata Hang Damar.
Baru saja ucapan dikeluarkan tiba-tiba dari balik pohon cemara
paling ujung kiri kelihatan satu bayangan seseorang berpakaian
merah. Sesaat kemudian di hadapan si pemuda telah berdiri sosok
elok tinggi semampai seorang perempuan yang tubuh dan pakaiannya
menebar bau wangi. Perempuan ini mengenakan pakaian ringkas
warna merah. Kepala dan wajah ditutup sehelai kain merah. Yang
kelihatan hanya sepasang mata bening tajam bercahaya. Di balik
punggung menonjol gagang sebilah pedang berbentuk kepala binatang
yang tak jelas apa adanya karena tertutup sejenis lapisan tebal
bergerunjul berwarna hijau pekat.
Setelah menatap beberapa ketika, si pemuda keluarkan ucapan.
Paman, apakah saya berhadapan dengan pimpinan...? Hang
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Damar mengangguk.
Si pemuda cepat-cepat memutar diri menghadap lurus-lurus,
kitab dikempit di ketiak kanan lalu rundukkan tubuh dan rapatkan dua
tangan di depan kepala.
Saya sangat berterima kasih pimpinan mau menemui saya.
Harap sudi menerima salam hormat saya.
Sepasang mata perempuan berpakaian dan bercadar merah
memperhatikan si pemuda tak berkesip. Untuk beberapa lama dia
tegak diam tertegun tak bergerak. Dada berdebar. Hati terucap.
Kalau saja kulitnya tidak lebih putih, tubuhnya tidak lebih langsing
dan rambutnya tidak lebih pendek... Bagaimana mungkin wajahnya
bisa mirip dengan...Ah! Apakah pandangan mataku yang menipu?
Pikiranku yang berkhayal atau hatiku yang mengada-ada?
Si pemuda sadar kalau dirinya diperhatikan berusaha balas
memandang. Namun dia hanya bisa melihat sepasang mata bagus
yang bercahaya, tidak mampu menembus cadar merah untuk melihat
wajah yang terlindung. Hatinya berkata. Jadi inilah perempuannya
yang menyebut diri Janda Pulau Cingkuk. Pimpinan bajak laut yang
selama ini malang melintang di kawasan Salat Sunda. Sungguh sulit
aku pencaya.
Pimpinan, inilah pamuda yang mengaku santri dari Kesultanan
Banten. Dia datang membawa surat dari Panembahan Maulana Yusuf.
Minta dipertemukan oangan piiiipman.
Jadi kau seorang santri? Betul?
Betul sekail, pimpinan. Saya mohon maaf kalau...
Apakah kau punya nama? tanya perempuan bercadar merah.
Nama saya Aji Triyasa. Jawab si pemuda.
Apa?! Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda keluarkan ucapan
kaget
Ada apa ayahanda Hang Damar? si cadar merah bertanya
Kini sang santri muda yang jadi kaget. Dia menyebut si dada
berbulu ayahanda Jadi Hang Damar adalah ayah Janda Pulau Cingkuk?
Turut yang aku dengar bukan begitu ceritanya. Lantas mengapa dia
menyebut ayahanda.
Aji Triyasa! Tunggu dulu! kata Hang Damar pula. Aji
Triyasa...Aji Triyasa... Lelaki bertubuh besar berusia enam puluh lima
tahun itu mengusap wajahnya sambil menyebut nama si pemuda
berulang kali. Otaknya berusaha mengingat-ingat. Tiba-tiba dia
berseru.Kau...Kau bukan seorang santri! Aku ingat sekarang!
Wajahmu! Namamu! Kau adalah salah seorang keponakan Sultan
Banten! Kau seorang Pangeran Kesultanan Banten!
Mendengar ucapan Hang Damar, sang pimpinan alias Janda
Pulau Cingkuk secepat kilat melompat. Sekali bergerak tangan kirinya
telah menjambak rambut panjang sekuping si pemuda yang bernama
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Aji Triyasa. Tangan kanan yang dipentang lurus pancarkan cahaya biru
redup, siap dihantamkan ke kening si pemuda. Tangan itu bisa
berubah jadi palu godam, juga bisa merupakan mata pedang luar
biasa tajam. Sekali menggeprak kepala Aji Triyasa bisa remuk atau
terbelah!
Siapa kau adanya! Aku tidak peduli kau keponakan Sultan atau
keponakan setan! Katakan apa maksud kedatangan menemui diriku!
Janda Pulau Cingkuk bicara dengan suara keras namun sepasang
matanya tidak lepas dari menatap si pemuda bernama Aji Triyasa. Dan
setiap dia memandang dadanya terasa berdebar.
Hang Damar tidak tinggal diam.
Pimpinan, serahkan pemuda ini pada saya! Kemungkinan besar
dia tengah melakukan tugas mata-mata! Hang Damar Hantu Laut
Selat Sunda dengan satu gerakan cepat menelikung tangan kanan Aji
Triyasa hingga kitab yang dikempitnya terlepas jatuh ke tanah. Dalam
keadaan tangan ditelikung ke punggung dan bisa patah malahan
tanggal jika dia berani melawan, si pemuda hanya mampu meringis
kesakitan.
Kalau saya telah melakukan kesalahan, betapa pun kecilnya
saya ikhlas menerima hukuman. Tapi saya yakin saya tidak melakukan
apa-apa. Jangankan melakukan, berpikir jahatpun tidak ada dalam
benak dan hati saya. Panembahan Maulana Yusuf bukankah sudah
menerangkan dalam suratnya maksud kedatangan saya adalah untuk
menemui pimpinan.
Aji Triyasa! Katakan apa maksudmu menemui pimpinan kami!
bentak Hang Damar.
Saya akan mengatakan. Tapi langsung pada pimpinan. Saya
tidak ingin ada orang lain berada di tempat ini. Saya tidak ingin ada
orang lain ikut mendengar apa yang akan saya sampaikan.
Mendengar ucapan si pemuda, Janda Pulau Cingkuk dengan
cepat menggerakkan tangan. Saat itu juga sekujur tubuh, tangan
serta kaki Aji Triyasa menjadi kaku tak bisa digerakkan. Kini dia hanya
mampu bicara saja.
Ayahanda, tak usah kawatir. Silahkan meninggalkan tempat ini.
Kalau nanti dia bicara kurang ajar akan saya robek mulutnya!
Hati-hati pimpinan, kata Hang Damar pula. Walau dirinya
disebut ayahanda namun terhadap Janda Pulau Cingkuk dia tetap
memanggil pimpinan. Dengan melangkah mundur dia menjauhi ke dua
orang itu.
Setelah Hang Damar berada sejauh hampir dua puluh tombak
Janda Pulau Cingkuk keluarkan ucapan.
Sekarang hanya kita berdua di tempat ini! Katakan rahasia apa
yang kau bawa. ke hadapanku. Awas kalau kau berani bicara kurang
ajar!
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Maafkan saya pimpinan. Pertama saya tidak tahu harus
memanggilmu apa...
Orang-orang memanggilku Janda Pulau Cingkuk. Apa sulitnya
bagimu memanggilku dengan nama itu?
Terus terang rasanya saya tidak suka menyebutmu dengan
nama itu. Tapi jika kau yang menyuruh...Ah, bagaimana ini. Biar saya
memanggilmu sahabat saja...
Sudah, jangan banyak mulut! Jangan bicara bertele-tele!
Katakan maksudmu menemui diriku. Bentak Janda Pulau Cingkuk.
Sahabat, sebelum mengatakan saya mohon beribu maaf. Saya
datang menemuimu untuk meminang dirimu sebagai istri...
Manusia kurang ajar! Beraninya kau...!
Janda Pulau Cingkuk angkat tangan kanannya.
Plaakkk!
Satu tamparan keras mendarat di muka Aji Triyasa.
Saking kerasnya tamparan tubuh Aji Triyasa yang berada dalam
keadaan kaku akibat totokan sampai melintir. Untung tidak terbanting
roboh. Darah meleleh dari luka di sudut kiri bibir. Melihat apa yang
terjadi Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda segera mendatangi.
Pimpinan, ada apa?! Matanya membeliak merah menyorot.
Sepuluh jari tangan yang berwarna hitam dipentang.
Ayahanda, silahkan kembali ke tempatmu. Saya belum habis
bicara dengan orang satu ini.
Kau yakin tidak akan apa-apa kutinggal sen-dirian?Mtanya
Hang Damar.
Dia masih dalam keadaan tertotok. Ayahanda tidak perlu
kawatir. Janda Pulau Cingkuk mengangguk.
Setelah Hang Damar kembali ke tempatnya semula Janda Pulau
Cingkuk cabut pedang yang tersembul di balik punggung. Senjata ini
bentuknya aneh. Penuh dengan gerunjulan tebal berwarna hijau mulai
dari ujung lancip sampai ke gagang. Pedang yang memancarkan
cahaya hijau redup ini diletakkan di atas bahu kiri Aji Triyasa. Setiap
kejap mata pedang menempel di leher siap menggorok jebol leher
pemuda dari Banten itu!
Si pemuda tersenyum. Membuat Janda Pulau Cingkuk jadi geram
dan membentak.
Manusia konyol! Mengapa kau tersenyum?!
Saya sudah dalam keadaan tertotok. Sahabat masih mau
mengancam dengan golok terhunus. Apa perlunya? Apalagi saya
datang membawa maksud baik, tidak ada kejahatan yang saya
sembunyikan.
Dibalik cadar merah wajah Janda Pulau Cingkuk berubah merah.
Aji Triyasa, sekalipun kau keponakan Sultan Banten, apa kau
kira aku tidak berani menghabisimu?!
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Sahabat, saya tahu kau seorang berhati mulia. Tidak mungkin
akan menggorok batang leher saya.
Siapa bilang? Jawab Janda Pulau Cingkuk sambil menekan
mata pedang ke leher si pemuda.
Saya yang bilang. Karena ada banyak hal yang sahabat ingin
tahu dari saya! Jawab Aji Triyasa pula.
Nyawa ikan di sekitar pulau ini lebih berharga dari nyawamu!
Begitu? Ya sudah, silahkan sahabat membunuh saya sekarang
juga! Kalau saya sudah mati silahkan dipanggang, diberi bumbu. Pasti
tubuh saya lebih sedap rasanya dari ikan sekitar pulau ini.
Kurang ajar!
Rahang Janda Pulau Cingkuk menggembung. Matanya
membeliak namun tangan kanannya yang memegang gagang pedang
hijau tidak bergerak.
Berpenampilan halus, bicara halus dan sikap sopan! Tapi
mengapa sikapnya hampir sama konyol dengan manusia satu itu!
Janda Pulau Cingkuk menggeram dalam hati.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
SAHABAT, mengapa kau ragu mem bunuhku? Aji Triyasa bertanya.
Diam! Jangan banyak mulut! bentak Janda Pulau Cingkuk.
Kalau begitu perintahmu mulai saat ini saya tidak akan bicara.
Saya akan diam seribu bahasa. Anggap saja kau bicara dengan
patung!
Benar-benar kurang ajar! Katakan apa maksudmu mau
meminang diriku jadi istrimu? Kau sengaja hendak menghinaku?! Aji
Triyasa diam saja. Hai! Ayo bicara! Mengapa bungkam?! Si pemuda
tetap membisu. Janda Pulau Cingkuk ketukkan gagang pedang hijau
ke kening si pemuda hingga benjut dan kucurkan darah. Aji Triyasa
mengerenyit kesakitan tapi tetap tidak keluarkan suara. Diam-diam
perempuan di hadapannya jadi merasa kasihan.
Aku bertanya mengapa kau tidak menjawab?!
Tadi kau memerintahkan agar saya tutup mulut. Apa sekarang
sudah boleh bicara? Aji Triyasa akhirnya bicara juga.
Manusia konyol! Kau mau bicara apa?!
Sahabat, jika kau mau menerima pinanganku maka kau telah
berbuat satu kebajikan besar.
Enak saja kau bicara! Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?
Saya mau sendiri. Selain itu memang ada dorongan dari
Kesultanan Banten dalam rangka mencari jalan yang terbaik untuk
menghentikan perompakan di Selat Sunda.
Aku tidak mengerti maksudmu! kata Janda Pulau Cingkuk pula.
Kalau begitu saya akan menjelaskan. Sahabat, sebelum kau
menjadi pimpinan para bajak Selat Sunda, banyak kerugian baik harta
maupun nyawa manusia yang telah jadi korban. Setelah kau jadi
pimpinan memang korban nyawa tidak ada lagi, tapi penjarahan tetap
meraja lela di perairan Selat Sunda. Semua ini mendatangkan
kerugian sangat besar bagi Kesultanan Banten serta penderitaan bagi
rakyat. Hubungan dagang dengan beberapa negeri asing menjadi,
terhenti, dan rusak. Kami memang mendengar kabar ada sebagian
barang jarahan dijadikan uang dan dibagi-bagi untuk membantu
rakyat miskin? Tapi apakah itu ada manfaat dan pahalanya? Menolong
orang dengan barang haram? Sultan ingin semua kejahatan itu
dihentikan. Saya sendiri melihat tempatmu bukan di sini atau di
tengah lautan. Kami semua yakin kau berasal dari orang baik-baik.
Karena itu kami bersepakat meminangmu, menjadikan kau sebagai
istri saya. Jangan lihat kedudukan saya sebagai Pangeran keponakan
Sultan, itu tidak ada arti apa-apa. Saya sama dengan manusia lainnya,
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
sama dengan dirimu. Yang penting kau bisa merubah jalan hidup,
menjadi seorang perempuan dan istri baik-baik. Sultan akan memberi
pengampunan pada seluruh anak buahmu. Mereka dipersilahkan
datang ke Banten dan tinggal di sana Mereka juga boleh memilih
tempat kediaman baru yang mereka inginkan. Semua barang jarahan
yang ada di tangan mereka silahkan dibagi-bagi sebagai modal hidup
baru. Yang penting Selat Sunda menjadi aman, tidak ada lagi
pembajakan, tidak ada lagi perompakan. Jika kau mau melakukan itu,
bukankah itu satu kebajikan yang sangat besar?
Aku seperti bermimpi! kata Janda Pulau Cingkuk lalu tertawa
panjang.
Sahabat, kau tidak bermimpi. Yang kau hadapi adalah
kenyataan! Kata Aji Triyasa pula.
Janda Pulau Cingkuk geleng-gelengkan kepala.
Luar biasa! Mula-mula kau muncul mengaku sebagai seorang
santri. Lalu kenyataannya kau adalah keponakan Sultan Banten.
Sekarang kau memperlihatkan dirimu seolah-olah seorang sunan yang
tengah menebar ajaran agama.
Sahabat, jangan kau salah mengira. Untuk menebar kebaikan
seseorang tidak perlu menjadi Sunan lebih dahulu.
Kau pandai bicara! Aku tidak suka pada manusia yang pandai
bicara!
Sahabat, kau boleh saja tidak suka pada saya. Tapi saya akan
tetap ingin meminangmu untuk dijadikan istri.
Orang tololpun bisa tahu kalau kau hanya menjalankan siasat
busuk!
Tidak sahabat, aku tidak berdusta. Kau akan tetap menjadi
penguasa kawasan Laut Selatan bersama sekian ratus anak buahmu
bagiku tak jadi apa. Tapi apakah itu ada artinya bagimu? Apakah itu
tujuan hidupmu? Sementara jalan baik penuh kebajikan dan
ketentraman terbentang luas di hadapanmu. Dengar, siapapun kau
adanya, aku benar-benar menginginkan kau menjadi istriku.
Seorang pemuda yang masih jaka mau kawin dengan seorang
janda? Hik...hik!
Apa salahnya? jawab Aji Triyasa.
Kita tidak pernah berkenalan sebelumnya. Kau tidak pernah
melihat wajahku!
Itu betul.Tapi aku yakin, bahkan hakkulyakin kau sahabat
adalah seorang yang cantik jelita dan berhati mulia.
Bagaimana kalau nanti kau lihat wajahku yang buruk?
Saya tetap akan meminangmu.
Konyol sekali Ucap janda Pulau Cingkuk.
Aji Triyasa tertawa.
Apakah kau akan memperlihatkan wajahmu pada saya?
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Pemuda itu bertanya.
Kau akan menyesal! kata Janda Pulau Cingkuk pula.
Insya Allah tidak, jawab si pemuda.
Kalau begitu buka matamu lebar-lebar! Janda Pulau Cingkuk
berucap lalu dia singkapkan kain merah yang menutupi seluruh
wajahnya. Maka kelihatanlah satu wajah yang dipenuhi koreng
bernanah, luar biasa mengerikan dan menjijikan.
Tukak nanah! kata Aji Triyasa menyebut penyakit di wajah
Janda Pulau Cingkuk dengan wajah mengerenyit terkesima.
Janda Pulau Cingkuk tutup kembali wajahnya dengan cadar
merah.
Kau sudah lihat wajahku! Apakah kau masih tetap hendak
meminangku?
Lama Aji Triyasa terdiam dan masih memandangi wajah yang
sudah tertutup kain merah itu. Perlahan-lahan si pemuda anggukkan
kepala dan keluarkan ucapan.
Saya tetap ingin sahabat menjadi istri saya.
Janda Pulau Cingkuk terperangah dan tersurut satu langkah!
Kau seorang pangeran, seorang keponakan Raja. Tapi otakmu
agaknya tidak waras. Kasihan sekali...
Terimakasih sahabat berkata begitu. Saya ingin mendengar
jawaban dari sahabat atas pinangan saya. Jika sahabat...
Pemuda sinting! Dengar dulu ucapanku! hardik Janda Pulau
Cingkuk. Aku telah membuat aturan. Siapa saja yang melihat
wajahku maka dia tidak akan pernah meninggalkan pulau ini untuk
selama-lamanya.
Tadi saya telah minta di bunuh. Saya ikhlas menemui kematian
di tangan sahabat...
Janda Pulau Cingkuk sarungkan pedang hijau lalu angkat tangan
kiri memberi tanda pada Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda.
Ada apa pimpinan? tanya Hang Damar begitu sampai di
hadapan Janda Pulau Cingkuk.
Ayahanda, lemparkan manusia satu ini ke Pulau Kerikil. Jangan
diberi minum, jangan diberi makan! Jangan dilepas totokannya! Kita
tunggu sampai dia berteriak minta ampun atas kekurang ajarannya!
Hang Damar membungkuk tanda siap menjalankan perintah. Dia
lalu bersuit tiga kali. Enam orang anggota bajak segera berdatangan
ke tempat itu. Hang Damar lantas berikan perintah yang sama seperti
diucapkan Janda Pulau Cingkuk. Aji Triyasa digotong beramai-ramai ke
arah pantai tanpa pemuda itu keluarkan sepotong ucapanpun. Dia
hanya sempat menatap dengan pandangan mata sayu ke arah Janda
Pulau Cingkuk. Perempuan itu tidak berani balas menatap melainkan
memandang berkeliling. Pandangan kemudian membentur kitab milik
Aji Triyasa yang jatuh dan tergeletak di tanah.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Janda Pulau Cingkuk lalu membungkuk mengambil kitab itu,
memperhatikan sebentar. Dia sangat tertarik namun tidak mampu
membaca kitab yang bertuliskan huruf Arab gundul itu.
Ayahanda, saya tahu ayahanda mengerti bahasa dan tulisan
Arab. Apakah ayahanda bisa membaca kitab ini?
Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda segera mengambil kitab
yang diberikan Janda Pulau Cingkuk. Setelah dia membalik-balik dia
mengangguk.
Saya bisa membacanya pimpinan. Kitab apa itu?
Pimpinan, saya tidak tahu apa isi kitab ini. Namun di bagian
depan tertulis Kasih Allah Sepanjang Zaman, Kasih Ibu Sepanjang
Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalan.
Setelah mendengar nama kitab itu, Janda Pulau Cingkuk terdiam
beberapa lama. Lubuk hatinya bersuara pilu. Apakah selama ini aku
mengingat dan dekat kepada Allah. Aku tidak tahu siapa ibuku bahkan
kedua orang tuaku. Kemudian perempuan itu berkata.
Ayahanda, maukah ayahanda tolong menyalinkan isi kitab ini ke
daiam bahasa Jawa Kuno?
Untuk pimpinan saya akan melakukan apa saja, jawab bekas
penguasa kawasan laut Selat Sunda.
MALAM hari di atas pembaringan. Janda Pulau Cingkuk dapatkan
dirinya sulit memincingkan mata. Dia selalu teringat kejadian siang
tadi. Masih terbayang olehnya bagaimana tatapan sepasang mata
pemuda bernama Aji Triyasa itu ke arahnya ketika dia digotong untuk
di bawa ke Pulau Kerikil.
Aku tahu semua yang dikatakan pemuda itu adalah benar.Tapi
niatnya untuk menjadikan diriku sebagai istri... Dia sebenarnya
menginginkan diriku atau menginginkan lenyapnya perompakan di
Selat Sunda? Mungkin kedua-duanya. Dia... apakah dia mencintai
diriku? Mustahil. Aku belum pernah bertemu sebelumnya. Tadi siang
dia telah melihat wajahku. Dan dia masih saja menginginkan diriku
jadi istrinya. Apakah dia... Apakah dibalik ini semua ada satu tipu
daya? Aku mengetuk keningnya dengan gagang pedang hingga
benjutdan berdarah! Ah... Dan kini dia berada di Pulau Kerikil. Seorang
diri dalam keadaan tertotok tak berdaya. Dia seorang Pangeran. Dia
pasti kedinginan, haus dan juga lapar. Apakah aku telah berlaku
kejam?
Djbuncah oleh berbagai macam pikiran dan duga-duga dalam
hati menjelang pagi baru Janda Pulau Cingkukdapat memejamkan
mata dan tertidur. Itupun dia tidak bisa pulas lama karena sebelum
fajar menyingsing dia sudah terbangun. Begitu bangun ingatannya
kembali pada pemuda bernama Aji Triyasa.
Akhirnya dengan diam-diam tanpa diketahui seorangpun
termasuk Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda melalui jalan rahasia
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Janda Pulau Cingkuk menyeberang ke Pulau Kerikil yang terletak tak
seberapa jauh dari Pulau Cingkuk.
Pulau Kerikil merupakan pulau paling kecil di kawasan kepulauan
Rakata. Disebut Pulau Kerikil karena di pulau itu hanya ada timbunan
batu kerikil setebal lutut.Tak ada tetumbuhan, tak ada air bahkan
binatangpun tak ada yang hidup di situ. Konon
timbunan batu kerikil itu terjadi dan berasal dari Pulau Rakata
besar yang meletus dan memuntahkan bebatuan termasuk batu kerikil
ke kawasan sekitar.
Ketika Janda Pulau Cingkuk sampai di pulau itu dan berkeliling
sampai tiga kali namun dia tidak menemukan orang yang dicari.
Aneh, apakah dia tidak sampai ke sini. Atau berhasil melarikan
diri? Perempuan itu dudukkan diri di atas tumpukan batu kerikil.
Janda Pulau Cingkuk sengaja menunggu sampai sang surya
terbit. Begitu matahari menyembul dan keadaan di pulau menjadi
terang, sekali lagi dia mengelilingi pulau itu namun tetap saja dia tidak
menemukan Aji Triyasa.
Kalau dia ternyata seorang mata-mata, aku harus bersiap-siap.
Pasukan Kesultanan Banten bisa saja menyerbu secara tidak
terduga...
Ketika perahu Janda Pulau Cingkuk perlahan-lahan
meninggalkan Pulau Kerikil, salah satu lapisan tebal tumpukan kerikil
tampak bergerak-gerak. Sesaat kemudian menyeruak muncul satu
kepala, memandang tersenyum ke arah perahu yang makin menjauh.
Janda Pulau Cingkuk, ternyata kau tidak bisa melupakan diriku.
Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya. Aku hanya menuruti petunjuk
Panembahan Maulana Yusuf yang mendapat penjelasan dari Sultan
Banten bahwa kau adalah seorang perempuan muda cantik jelita.
Masih muda dan cantik. Bagaimana jalan ceritanya kau menyebut diri
sebagai seorang janda?
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
KITA kembali ke pulau Menjangan Kecil. Setelah dengan terpaksa
menolong menyembuhkan barang antik Bujang Gila Tapak Sakti
untuk beberapa lama Nenek Cempaka terduduk ditanah, mata
terpejam, wajah pucat dan dada berdebar. Seumur hidup nenek tidak
pernah menyangkali akan mendapat pengalaman luar biasa seperti ini.
Bujang Gila Tapak Sakti rapikan celana gombrangnya. Usap-usap
bagian bawah perut. Untuk beberapa lama dia pandangi si nenek
dengan perasaan iba. Dia tahu tadi waktu mengusap dan meniup
'barang antiknya!' si nenek kelihatan biasa-biasa saja, tetapi
sesungguhnya dia telah menguras tenaga dalam dan hawa sakti. Itu
sebabnya si nenek tampak kuyu lunglai seperti tubuh yang tidak
bertulang.
Sambil mesem-mesem murid Sinto Gendeng dekati Bujang Gila
Tapak Sakti lalu berbisik.
Dut, kau harus berterima kasih pada nenek itu. Kalau dia tidak
menolong seumur-umur barangmu akan melendung bengkak dan
berwarna biru. Sakit dari pagi sampai malam, dari malam sampai
pagi! Si gendut mengangguk.
Aku akan melakukan sesuatu. Mudah-mudahan cukup imbal
sebagai pembatas budi baiknya. Bujang Gila Tapak Sakti lalu dekati si
nenek yang masih duduk tak bergerak dan pejamkan mata. Dua
telapak tangan digosokan satu sama lain. Dari sela-sela telapak
tangan mengepul asap kelabu disusul menebarnya hawa dingin.
Perlahan-lahan Bujang Gila Tapak Sakti berlutut dihadapan
Nenek Cempaka. Beberapa lama mulutnya komat kamit merapal satu
aji kesaktian. Kemudian dua telapak tangan diusapkan ke wajah si
nenek, terus ke kepala dan rambut sambil mulut berucap.
Nek, aku Bujang Gila Tapak Sakti berterima kasih padamu
karena kau telah menyembuhkan anuku yang bengkak dan biru.
Semoga Tuhan selalu memberkahimu...
Dua tangan Bujang Gila Tapak Sakti memang memiliki kesaktian
luar biasa. Bukan saja mampu menyembuhkan cacat bekas luka, atau
membentuk dan membuat sesuatu dari batu dan kayu, tapi juga
seperti apa yang dilakukannya terhadap nenek Cempaka, orang
kepercayaan Ratu Sepuh Penguasa Laut Utara. Hanya saja ilmu yang
satu ini sangat jarang dikeluarkannya.
Begitu diusap mukanya maka wajah si nenek yang tadinya loyo
dan keriput kini menjadi kencang bagus tidak beda seperti perempuan
yang masih berumur tiga puluh tahun. Selesai kepala dan rambut
diusap maka rambut yang tadinya putih tergulung kini menjadi hitam
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
tergerai. Nenek Cempaka telah berubah menjadi seorang perempuan
muda yang cantik jelita!
Murid Sinto Gendeng terperangah dan geleng-geleng kepala dan
melihat apa yang terjadi sementara Nenek Cempaka masih terduduk
picingkan mata.
Ayo kita cepat pergi, bisik Bujang Gila pada Wiro. Kalau dia
keburu sadar siapa dirinya sekarang habis kau digusalnya. Sewaktu
masih nenek saja hebat bukan main. Apa lagi sudah muda seperti ini.
Hik...hik!
Sambil menahan tawa kedua orang itu segera tinggalkan
perempuan tua yang kini berubah muda itu. Di tengah jalan
sementara berlari Wiro ingat sesuatu. Dia pegang lengan Bujang Gila
Tapak Sakti dan bertanya.
Sobatku gendut, apakah kau tidak kelupaan sesuatu?
Kelupaan apa? tanya Bujang Gila Tapak Sakti.
Kau mengusap wajah dan rambut hingga nenek itu kini jadi
perempuan muda cantik jelita. Tapi kau tidak mengusap dadanya.
Maksudmu?
Tanya Bujang Gila kurang tanggap. Maksudku wajahnya wajah
perempuan muda tapi dadanya masih peot rata...
Bujang Gila Tapak Sakti hentikan lari. Berpikir-pikir lalu tertawa
lebar.
Kau betul Wiro. Ah, kasihan nenek itu. Aku harus kembali...
Kurasa tidak perlu. Kapan-kapan kalau kau ketemu dia lagi kau
bisa melakukan hal itu. Merubah dadanya yang rata peot menjadi
padat menonjol...
Tapi aku bisa melakukan dari sini, kata Bujang Gila Tapak
Sakti pula. Cuma harus memakai perantara. Yaitu dengan cara
mengusap dadamu tapi membayangkan si nenek. Mari, aku pinjam
dadamu sebentar...
Lalu Bujang Gila Tapak Sakti gosokkan dua telapak tangan satu
sama lain. Seperti tadi asap putih mengepul dan udara terasa dingin.
Dua telapak tangan ditempelkan ke dada Wiro, diusap-usap sambil
mulut merapal berkomat-kamit. Pikiran membayangkan dada dan
wajah si nenek.Tapi celakanya si gendut melakukan hal yang keliru.
Dia membayangkan dada dan wajah Wiro.
Wuttt!
Breett!
Dada baju hitam Pendekar 212 robek kiri kanan.
Dua buah benda putih mencuat dari balik robekan. Murid Sinto
Gendeng berseru kaget, mulutnya menganga mata membeliak.
Gendut! Kau melakukan apa? Mengapa dadaku jadi begini?!
Bujang GilaTapak sakti tak kalah kejutnya. Matanya yang belok
membeliak.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Astaga! Aku melakukan kesalahan! Ucap Bujang Gila Tapak
Sakti lalu tertawa gelak-gelak.
Jangan tertawa! kembalikan dadaku ke asalnya! Teriak Wiro
yang saat itu dadanya telah berubah menjadi seperti dada perempuan,
besar dan kencang!
Tunggu...sabar! Akan aku perbaiki. Akan aku betulkan!
Bujang Gila Tapak Sakti kembali gosok-gosok dua telapak
tangan. Begitu asap mengepul dua tangan diletakkan di atas dada
Wiro dan diusap-usap. Kali ini karena dadanya berbentuk dada
perempuan Wiro jadi kegelian dan mengeliat-geliat.
Kalau kau tidak bisa diam nanti keliru lagi! Kata Bujang
GilaTapak Sakti pula.
Wiro terpaksa berusaha diam menahan geli.
Nah sudah! Beres! Dadamu sudah kembali ke bentuk asal.
Begitu saja repot! Wiro menunduk sambil pegang dadanya. Dia
merasa keanehan lain kini. Cepat-cepat baju hitam dibuka lalu
berteriak keras.
Bujang Gila sialan! Jangan membuat aku marah! Lihat!
Si gendut terperangah, sampai tersurut mundur satu langkah.
Dada sang pendekar dilihatnya telah berubah menjadi dada seorang
nenek-nenek, peot rata dengan dua puting hitam besar ayun-ayunan!
Bujang Gila tak dapat menahan tawa bergelaknya. Dia akan
terus tertawa kalau tidak dijambak dan dkepalkan tinju oleh Wiro.
Guraumu sudah keterlaluan! kata Wiro yang ketakutan kalau
bentuk dadanya tidak bisa kembali seperti semula. Kau tahu, aku
punya ilmu yang disebut Menahan Darah Memindah jazad. Kau mau
kantong menyan dan burung hantumu aku pindahkan ke jidat?!
Sobatku gondrong! Jangan segila itu! Semua ini terjadi secara
tidak sengaja Tenang, tenang. Akan aku kembalikan. Pasti...Lihat
saja.
Lalu untuk ke tiga kalinya Bujang Gila Tapak Sakti gosokkan dua
telapak tangan. Asap putih mengepul lagi. Hawa dingin kembali
menebar. Sedikit agak tegang si gendut usapkan dua tangannya ke
dada sang pendekar. Sesaat kemudian dua payudara peot datar
lenyap. Keadaan dada Wiro kembali ke bentuk semula.
SEBELUM Wiro dan Bujang Gila Tapak Sakti mencapai pantai
tiba-tiba turun badai. Dalam cuaca buruk dan gelap kedua orang itu
memaksa jalan terus. Akibatnya arah yang mereka tuju yakni bagian
selatan pulau jadi bergeser mendekati bagian timur. Ketika akhirnya
mereka sampai di pantai yang salah badai baru berhenti.
Tidak ada perahu, tidak ada nelayan. Sebentar lagi malam
datang. Kita terpaksa menunggu sampai pagi. Tidak ada gubuk,
berarti kita akan tidur di pantai ini dalam udara dingin ditambah
guyuran embun.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Berkata Pendekar 212 Wiro Sableng sambil menggaruk kepala.
Soal udara buruk perlu apa ditakutkan. Kau merasa dingin, aku
malah mulai merasa kepanasan. Kipas kertasku hilang entah kemana.
Bujang Gila Tapak Sakti yang memang lekas merasa kepanasan
dan keringatan sementara orang lain kedinginan, buka kopiah
hitamnya lalu dikipas-kipas ke wajahnya yang keringatan.
Sobatku gondrong, perihal perahu tidak usah dikawatirkan. Kau
boleh ngorok dimana kau suka. Kalau kau bangun aku sudah membuat
dua perahu untuk kita layari malam ini juga. Cuma kita mau menuju
kemana?
Aku masih ada satu urusan besar yang belum rampung, jawab
Wiro.
Soal perkawinanmu dengan Ratu Duyung yang aku dengar kini
bernama Intan itu?
Wiro tertawa lalu gelengkan kepala.
Aku harus mencari Nyi Retno Mantili dan mempertemukan
perempuan itu dengan anaknya yang bernama Ken Permata. Menurut
ceritamu kau pernah bertemu Nyi Retno. Lalu diserang oleh seorang
kakek bernama Demang Cambuk Item yang ternyata datang bersama
Serikat Tiga Momok yang mau memakan hati, jantung serta ginjal Nyi
Retno Mantili...
Aku sial sekali waktu itu, menyahuti Bujang Gila Tapak Sakti
sambil usap mukanya yang keringatan. tereka berhasil membawa lari
Nyi Retno. Ketika aku
bertemu Purnama, gadis dari negeri seribu dua ratus tahun silam
itu memberi tahu kalau Nyi Retno ditolong oleh Manusia Paku
Sandaka. Katanya perempuan itu dibawa ke tempat kediaman gurunya
untuk dinikahi.
Hah! Apa? Manusia Paku Sandaka Arto Gampito hendak
menikahi Nyi Retno?!
Itu yang diceritakan Purnama. Purnama mendapat tahu hal itu
dari puteranya bernama Jatilandak. Kabarnya Jatilandak telah menjadi
Kepala Pasukan di Kesultanan Cirebon. Kau cemburu atau patah hati
kalau Nyi Retno Mantili kawin dengan Manusia Paku? tanya Bujang
Gila Tapak Sakti sambil senyum-senyum. Ini adalah aneh!
Aneh bagaimana? tanya Wiro.
Nyi Retno pernah bilang padaku kalau ayah Kemuning, boneka
kayu itu adalah dirimu! Apa tidak aneh kalau manusia punya anak
boneka kayu? Memangnya kau apakan perempuan itu?
Wiro tertawa gelak-gelak lalu menggaruk kepala.
Sebetulnya, kata Bujang Gila tapak Sakti pula. Kalau Kakek
Segala Tahu tidak menyuruh aku ke laut utara bergabung denganmu,
mungkin aku sudah pergi menyelidik dan mencari Nyi Retno Mantili.
Kita sudah tahu siapa yang membawa Nyi Retno dan kemana
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
dibawanya. Yang aku tidak mengerti apakah Manusia Paku sengaja
menculik dan memaksa Nyi Retno kawin dengannya? Kalau mereka
suka sama suka perduli amat.Tapi bukankah lebih baik kalau Nyi
Retno lebih dulu bertemu dengan anaknya agar sakit ingatannya bisa
disembuhkan?
Aku juga kasihan sama Nyi Retno. Kalau sampai dinikahi oleh
manusia yang sekujurtubuhnya itu penuh paku. Ihhh! Apa perempuan
bertubuh kecil itu tidak akan jebol atas bawah?! kata Bujang
GilaTapak Sakti pula. (Kisah diculiknya Nyi Retno Mantili dari tangan
Bujang Gila Tapak Sakti oleh komplotan yang menamakan diri Serikat
Momok Tiga Racun dapat dibaca dalam serial Wiro Sableng berjudul
Perjodohan Berdarah. Baca juga episode berjudul Badai Laut
Utara)
Sobatku gendut, sebelum ditolong oleh Ratu Sepuh, kau
sempat bersama-sama Bidadari Angin Timur. Selama perjalanan dia
bicara apa saja?
Buuaaannnyyaaaakk! jawab Bujang Gila Tapak sakti dengan
mulut dimonyongkan lalu tertawa cengengesan.
Tentang diriku?
Si gendut menggeleng. Setiap aku bicara mengenai dirimu,
gadis itu kelihatannya tidak mau mendengar. Aku menduga agaknya
dia sangat marah atau benci padamu. Mungkin karena tahu kau sudah
dijodohkan dengan Ratu Duyung?
Perjodohan itu belum terlaksana, jawab Wiro. Aku tahu
mengapa dia marah dan benci padaku. Ada penyebab lain.
Aku tidak tahu urusan orang lain.Tapi kalau kau mau
menceritakan, aku juga mau mendengarkan.
Asal kau berjanji tidak bermulut ember, menceritakan pada
orang lain. Kata Wiro pula.
Aku berjanji! jawab Bujang Gila Tapak Sakti
sambil mengangkat tangan kanan ke atas lalu tangan itu
ditepukkan ke pantatnya yang gembrot besar hingga mengeluarkan
suara keras!
Waktu itu aku dan Ratu Duyung tengah mengejar Nyi Wulas
Pikan yang menyaru menjadi Ratu Duyung. Dia telah memperdayai
diriku hingga aku menyerahkan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru
padanya karena mengira dia Ratu Duyung benaran. Di satu tempat
Ratu Duyung memberi tahu ada seseorang yang mengikuti. Orang itu
menebar bau tubuh dan pakaian yang wangi. Aku yakin dia adalah
Bidadari Angin Timur. Lantas saja muncul hasratku hendak
menggodanya. Ratu Duyung aku ciumi habis-habisan...
Ah, hal itu pasti menyakiti hati Bidadari Angin Timur.
Perbuatanmu konyol sekali!
Wiro menggaruk kepala.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Hal itu sudah terjadi. Tidak ada gunanya disesalkan. Yang jelas
setelah kejadian itu Bidadari AnginTimur menghilang. Aku dan Ratu
Duyung bisa lebih memusatkan perhatian pada pengejaran atas diri
Nyi Wulan Pikan. Sekarang dimana beradanya gadis itu. Dia kabur
setelah menendang hancur muka Nyi Harum Sarti. Gara-gara dirinya
dikatakan janda Tubagus Kesumaputera alias Jatilandak.
Aku rasa kini dia akan membuat perhitungan dengan Purnama.
Bidadari Angin Timur telah ditelanjangi di hadapan banyak orang. Dari
mana Ratu Laut Utara palsu itu tahu soal diri Bidadari Angin Timur
kalau bukan dari Purnama?
Berarti apakah dia sudah dinikahi Tubagus Kesumaputera?
Kalau memang benar lalu kenapa sesingkat itu menjadi janda? Apa
yang terjadi? Mereka cerai hidup atau sang suami menemui
kematian?
Aku tidak bisa menduga. Aku tidak tahu ceritanya kalau
memang sudah kawin atau nikah kapan kawin atau nikahnya.
Sayangnya Purnama juga pergi begitu saja. Kau harus menyelidiki hal
itu. Karena kalau kau tidak suka dinikahi dengan Ratu Duyung dan
lebih suka dengan Bidadari Angin Timur, berarti kau kawin dengan
janda kembang bukan dengan anak perawan! Berarti kau dapat bekas
orang!
Wajah Pendekar 212 jadi mengelam merah mendengar katakata
terakhir Bujang Gila itu.
Maafkan kalau aku menyinggung perasaanmu. Tapi urusan
kawin bukan urusan main-main. Rumah tangga bisa jadi sorga tapi
bisa juga jadi neraka...
Aku tahu, itu sebabnya kau yang mengaku sudah berusia
delapan puluh tahun belum kawin-kawin sampai sekarang.
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa gelak-gelak hingga sekujur
tubuhnya yang gemuk gembrot bergoyang-goyang.
Wiro kembali menggaruk kepala. Lalu berkata.
Aku tahu tempat kediaman guru Manusia Paku. Kita harus
segera kesana. Mudah-mudahan tidak terlambat. Katamu kau akan
membuat dua perahu. Makin cepat kau lakukan makin baik.
Bujang GilaTapak sakti memandang berkeliling. Dia menunjuk ke
arah sebatang pohon kelapa paling tinggi dan paling besar sejarak tiga
tombak dari tempat mereka berdiri.
Aku minta bantuanmu. Toiong kau tumbangkan pohon kelapa
itu.
Wiro tidak menunggu lebih lama. Tanpa beranjak dari tempatnya
berdiri dia menghantam bagian bawah pohon kelapa besar dengan
pukulan Segulung Ombak Menerpa karang. Jangankan pohon kelapa,
batu karang saja bisa dihantam hancur oleh pukulan sakti warisan
Sinto Gnedeng itu.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
Braakk!
Bagian paling bawah pohon kelapa besar hancur berkepingkeping.
Bagian atas pohon tumbang bergemuruh.
Bujang GilaTapak Sakti menyeringai. Dua telapak tangan
digosok-gosok. Dengan ilmu kesaktiannya dia memang bisa merubah
dan membuat batang kelapa besar itu menjadi dua perahu. Ketika si
gendut ini mulai hendak bekerja tiba-tiba ada suara perempuan
berseru. Datangnya dari arah laut.
Kalau hanya memerlukan perahu mengapa harus merusak
alam? Dua sahabat muda. Aku bisa memberikan perahu ini pada
kalian!
Bujang GilaTapak Sakti dan Pendekar 212 Wiro Sableng serentak
berpaling ke arah kiri. Kedua orang ini sama-sama kaget.
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
ASTAGA! Dia! ucap Bujang Gila Tapak Sakti. Wajah si gendut ini
berubah. Sobatku gendut. Dia pura-pura menawarkan perahu.
Sebenarnya dia mencarimu. Pasti dia tidak melupakan apa yang tadi
siang dilakukannya. Belum satu hari sudah kangen mau mengusap
dan meniup perabotanmu lagi! Ha... ha...!
Eh, apa dia sudah tahu kalau wajahnya sekarang sudah
berubah jadi muda? ucap Bujang GilaTapak Sakti. Bagaimana ini,
kita mau bilang apa? Menolak saja tawarannya? Si gendut tampak
bingung juga ada rasa takut gara-gara ucapan Wiro tadi. Tapi Wiro
malah membalikkan ucapan.
Tolol kalau kau menolak. Pertama kau tidak perlu susah payah
membuat dua perahu. Kedua... Ehem... ini yang penting. Kau bakalan
dapat kesenangan. Bukankah kau sendiri yang bilang usapannya lebih
hebat dari usapan anak gadis? Ha...ha...ha! Wiro tertawa gelak-gelak.
Di tepi pantai, di bagian laut yang dangkal sepinggang tampak
sebuah jukung besar. Di atasnya duduk senyum-senyum perempuan
muda berwajah cantik yang bukan lain adalah nenek Cempaka yang
wajahnya telah dirubah oleh Bujang GilaTapak Sakti sehingga kini
menjadi muda jelita.
Perempuan di atas perahu lambaikan tangan.
Hai! Kenapa kalian kelihatan seperti bingung? Apa mengira aku
mau berbuat jahat? Salah seorang dari kalian telah berbuat kebajikan
besar padaku walau kini aku jadi rikuh berkeadaan seperti ini.
Nenek Cempaka! Wiro menyahuti. Lalu menggaruk kepala.Ah,
seharusnya aku tidak memanggilmu Nenek lagi. Aku akan panggil Nyi
Cempaka saja ya? Boleh?!
Perempuan di atas perahu tertawa panjang dan anggukkan
kepala.
Wiro pegang lengan Bujang Gila Tapak Sakti.
Ayo, orang mau menolong jangan ditolak. Naik saja dulu ke
atas perahu. Nanti kalian berdua apa mau main usap-usapan terserah
saja. Aku pura-pura tidak melihat.
Wiro lalu tarik tangan si gendut. Keduanya lari ke pantai lalu
melesat masuk ke dalam perahu. Wiro sampai duluan. Dia sengaja
memilih bagian perahu di ujung kiri, berseberangan dengan Nyi
Cempaka. Bujang Gila Tapak Sakti yang sampai kemudian terpaksa
memilih bagian tengah perahu jukung.
Seperti ketika Wiro injakkan kaki di atas jukung, sewaktu hal
yang sama dilakukan oleh Bujang Gila Tapak Sakti jukung besar itu
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
tidak bergoyang sama sekali. Begitu berada di dalam perahu si gendut
melirik ke dada perempuan di depannya dan merasa gembira karena
melihat kini dada pakaian tidak lagi rata tapi tampak membusung.
Berarti ilmu yang diterapkannya lewat tubuh Wiro berhasil
dilaksanakan.
Sahabat muda, kata Nyi Cempaka pada Bujang GilaTapak
Sakti.
Walau aku rikuh menjadi muda begini, aku sangat berterima
kasih, atas apa yang telah kau lakukan terhadap diriku.
Aku juga berterima kasih padamu Nyi Cempaka. Kalau bukan
kau yang menyembuhkan pasti... hemmm...Bujang Gila Tapak Sakti
tidak teruskan ucapan. Hanya senyum-senyum dan menggeliat ketika
dari belakang Wiro menusuk-nusuk pinggangnya.
Tapi apakah perubahan ini hanya untuk sementara saja?
Jangan-jangan sehari dua hari luntur seperti kain murahan.
Nyi Cempaka, kau tak usah kawatir. Ilmu yang aku dapat atas
kuasa Tuhan bukan ilmu sulap atau ilmu sihir. Keadaan wajah dan
tubuhmu akan seperti ini seumur-umur...
Gusti Allah Maha Besar! Aku sungguh-sungguh bersyukur atas
berkah rakhmat ini. Kata Nyi Cempaka pula penuh gembira. Nenek
tua mana yang tidak akan bahagia kalau dirinya bisa dibuat muda?
Sahabatku, apakah ilmu itu bisa kau terapkan pada semua orang?
Tidak Nyi Cempaka. Hal itu hanya bisa terjadi jika dikehendaki
dan diredhohi Gusti Allah, jawab Bujang GilaTapak Sakti.
Kalau bisa untuk semua wah, setiap hari ada ratusan neneknenek
ngantri mencari si gendut ini! kata Wiro pula.
Nyi Cempaka tertawa.
Sebagai tanda terima kasih, aku mau memberikan sesuatu
padamu, kata Nyi Cempaka pula sambil membuka kancing atas
pakaiannya. Sepasang mata Bujang GilaTapak Sakti jadi berkilat
ketika sempat melihat sebagian dada putih perempuan itu. Dari balik
dada pakaian Nyi Cempaka mengeluarkan satu benda yang ternyata
adalah sebuah kipas lipat terbuat dari susunan campuran kayu
cendana dan kayu besi. Ketika kipas itu dikembangkan oleh Bujang
Gila Tapak Sakti bentuknya indah sekali, kuning kayu cendana harum
diseling warna hitam kayu besi.
Terima kasih Nyi, kau baik sekali. Kebetulan kipas kertas
bututku rusak dan tercecer entah kemana. Kipas yang kau berikan ini
bisa aku pergunakan seumur hidup karena terbuat dari kayu yang
kuat.
Harap kau mau menjaga baik-baik. Karena kipas itu bukan
kipas sembarangan. Bisa kau jadikan senjata, lebih ampuh dari kipas
kertasmu yang hilang. Kau bisa menciptakan topan dengan kipas itu.
Kau juga bisa melancarkan serangan serangan berupa cahaya kuning
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
hitam dengan kipas itu. Lalu tersembunyi di antara lipatan kayu
cendana dan kayu besi ada puluhan jarum beracun yang hanya boleh
kau pergunakan sebagai senjata dalam keadaan terdesak. Jarum itu
bisa melesat kalau kau menekan bagian bawah gagang kipas.
Terima kasih Nyi Cempaka, terima kasih banyak, ucap Bujang
Gila Tapak Sakti. Kipas dilipat dan dibuka beberapa kali. Lalu dengan
hati-hati dia coba mengerahkan sedikit tenaga dalam maka kipas itu
pancarkan cahaya kuning muda dan hitam pekat.Luar biasa! Aku
akan menjaganya baik-baik. Kipas ini boleh aku namakan Kipas Nyi
Cempaka?
Nyi Cempaka tertawa.
Silahkan, kalau kau menyukai namaku itu.
Gendut, kau mau memberikan apa pada Nyi Cempaka sebagai
tanda terima kasih? Wiro yang dudukdi belakang Bujang Gila Tapak
Sakti keluarkan ucapan. Dengan ilmu memindahkan suara Wiro
mengiangkan menyambung ucapan ke telinga Bujang GilaTapak Sakti.
Dut, berikan saja salah satu buahmu buat mainan perempuan itu.
Aku bisa melakukan dengan Ilmu Menahan Darah Memindah Jazad.
Bujang Gila Tapak Sakti pukulkan tangan kanannya ke belakang.
Pukulan menghantam tempurung lutut Wiro sebelah kanan hingga
murid Sinto Gendeng ini kelojotan kesakitan.
Ah, aku...aku tidak punya apa-apa. Bagaimana ini? Si gendut
tampak bingung dan seka mukanya yang keringatan.
Nyi Cempaka tersenyum. Aku tidak mengharapkan pamrih apaapa.
Apa yang telah kau lakukan terhadap diriku rasanya aku
menerima seisi dunia ini.
Sementara ke tiga orang itu bercakap-cakap jukung bergerak
perlahan ke tengah laut dan hari telah malam.
Nyi Cempaka, sebenarnya kau hendak pergi kemana? Kami
tidak mau kalau karena menolong kami urusanmu jadi terganggu.
Sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian berdua. Perahu ini
menjadi milik kalian, jawab Nyi Cempaka. Dia memandang sekeliling
lalu memperhatikan laut di sekitarnya. Tiba-tiba di dalam laut
kelihatan kilauan cahaya putih kebiruan.Aku sudah melihat tanda,
kata Nyi Cempaka pula. Saat aku akan meninggalkan kalian
berdua...
Di tengah laut begini? Nyi Cempaka kau mau kemana? Tanya
Bujang Gila Tapak Sakti heran. Selain itu entah mengapa kepergian
perempuan itu tiba-tiba membuatnya jadi sedih.
Laut adalah kehidupanku. Sejak dulu laut adalah tempat
tinggalku... Menjelaskan Nyi Cempaka sambil menatap wajah
keringatan Bujang Gila Tapak Sakti.
Si gendut putar-putar kopiah hitam kupluk di atas kepalanya.
Lalu, apakah kita... Maksudku kami berdua bisa bertemu lagi
164 Janda Pulau Cingkuk WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH http://cerita-silat.co.cc/
denganmu?
Selama air laut masih hijau, selama langit masih biru kita pasti
akan bertemu iagi, jawab Nyi Cempaka.
Bujang Gila Tapak Sakti berpaling pada Wiro. Pendekar 212
maklum apa yang dirasakan si gendut saat itu. Sobatnya ini tiba-tiba
merasa sayang pada nenek yang dirobahnya sendiri menjadi seorang
perempuan muda cantik jelita.
Kalau kau mau ikut Nyi Cempaka melihat-lihat kehidupan di
alam laut, aku yakin Nyi Cempaka tidak keberatan membawamu serta.
Bukan begitu Nyi Cempaka? Wiro berkata sambil memandang ke arah
Nyi Cempaka dan kedipkan mata kiri.
Nyi Cempaka tersenyum mendengar ucapan Wiro.
Bujang Gila Tapak Sakti kembali putar-putar kopiah di atas
kepala. Wiro letakkan tumit kaki kirinya di pinggang Bujang Gila Tapak
Sakti. Begitu tumit didorong tak ampun lagi si gendut ini terpental
jatuh ke dalam laut. Nyi Cempaka tertawa tergelak-gelak lalu
melompat ke arah jatuhnya Bujang Gila Tapak Sakti. Kedua orang itu
lenyap dari pemandangan.
Tinggal sendirian di atas jukung Pendekar 212 Wiro Sableng
tarik nafas dalam-dalam lalu geleng-gelengkan kepala.
Bujang Gila, akalmu panjang juga! Mula-mula kau ketakutan
melihat perempuan itu muncul. Kini malah kepicut mau ikutan! Bukan
dia yang mau mengusap tapi kau yang kepingin di usap! Ha...ha...ha!
Tiba-tiba gelak tawa murid Sinto Gendeng lenyap. Kagetnya
bukan alang kepalang ketika satu tangan tiba-tiba mencuat dari dalam
laut mengusap bagian bawah perutnya. Sewaktu diperhatikan ternyata
itu adalah tangan Bujang Gila Tapak Sakti yang sengaja memunculkan
diri untuk menggoda lalu masuk kembali ke dalam laut.
Sialan! Aku kira Nyi Cempaka yang mengusap! gerutu
Pendekar 212 lalu kembali tertawa gelak-gelak
Namun lagi-lagi tawanya tertahan ketika di samping kanan
muncul bayangan perempuan diserta terdengar ucapan berbisik di
telinga Kalau kau suka kau boleh berikan salah satu buahmu buat
mainanku! Hik...hik...hik!
Kaget sang pendekar bukan alang kepalang. Berpaling ke
samping dilihatnya wajah Nyi Cempaka tertawa dan kedipkan mata
padanya. Lalu sosok perempuan ini lenyap masuk ke dalam laut.
Aku tidak mengira. Apa yang aku ucapkan dalam hati dia bisa
mendengar. Kata Murid Sinto Gendeng sambil menggaruk kepala.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar